Mengenal Sekilas Albert Bandura dan Teorinya
Oleh: Nelson Sihaloho
Albert Bandura dilahirkan
pada tahun 1925 di Alberta, Canada.
Menempuh pendidikan kesarjanaannya di bidang psikologi
klinis di Universitas Iowa dan mencapai gelar Ph.D pada tahun 1952. Setelah
menempuh pelatihan post-doktoral dibidang klinis selama satu tahun, pada tahun
1953 Bandura bekerja di Universitas Stanford dan menjadi Profesor David Starr dalam bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial. Pada
tahun 1963, Albert Bandura dan Walters berhasil meluncurkan buku
Skop Learning and Personality Development dan meluaskan skop teori pembelajaran dengan
menjelaskan lebih rinci lagi prinsip pembelajaran pemerhatian dan peneguhan. Albert Bandura pernah
bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 serta terpilih menjadi Ketua American Psychological
Association.
Albert Bandura menjabat sebagai Ketua APA pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi
penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972. Teori kepribadian prinsip utamanya adalah pada belajar sosial (social
learning). Teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura,
didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa
penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri/berfikir (sel-regulation/cognition).
PENDAHULUAN
Dari berbagai sumber dan data-data tentang teori Bandura banyak ditemukan
tentang unsur-unsur pembelajaran utama ialah
pemerhatian dan peniruan (imitasi). Tingkah laku model dapat dipelajari melalui bahasa,
perilaku. Albert Bandura merupakan seorang profesor psikologi di Universitas Stanford. Teori pembelajaran yang terkenal dari Bandura adalah teori belajar
sosial melalui perhatian merupakan pembentukan asas
tingkah laku orang lain. Secara individu juga secara tidak langsung mempelajari perubahan tingkah laku. Bandura menyebut orang
yang diperhatikan sebagai model dan proses pembelajaran melalui perhatian
tingkah laku model sebagai permodelan. Bandura juga menekankan aspek interaksi antara
manusia dan lingkungan sekitarnya. Bandura melihat manusia dalam aktivitasnya dan berupaya mengendalikan tingkah laku secara selektif. Bandura membagi dua
jenis pembelajaran melalui perhatian. Pertama, melalui peneguhan. Kondisi ini berlaku
apabila kita melihat orang lain diberi ganjaran atau denda untuk tindakan
tertentu sehingga kita mengubah tingkah laku. Penelitian Bandura mencakup banyak
masalah bersifat sentral dalam teori belajar social. Melalui penelitian oleh Bandura teorinya dipertajam dan diperluas. Studi Bandura imitasi dan identifikasi, perkuatan sosial, perkuatan diri, pemonitoran
serta perubahan tingkah laku melalui pemodelan. Pada tahun 1959 Bandura bersama
Richard Wakters menulis “Adolescent Aggression”, suatu laporan terinci
tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai
untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen
dari kelas menengah. Empat tahun
kemudian tepatnya tahun 1963 menulis tentang Social Learning and Personality Development sebuah buku dimana mereka memaparkan prinsip-prinsip
belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang
menjadi dasar terhadap teori tersebut.
Tahun 1969, Bandura menerbitkan
Principles
of Behavior Modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral
berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku. Selanjutnya pada tahun
1973, menulis buku berjudul ”Aggression: A social learning analysis”. Disusul kemudian Social Learning Theory (1977),
Bandura telah berupaya menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis
pikiran dan tingkah laku manusia. Secara umum teori pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial
berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil
pemerolehan. Prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana
tingkah laku berkembang dan menetap.
Fakta sejarah membuktikan bahwa dalam buku Bandura terbitan 1941, Social larning and imitation, Miller dan
Dollard telah mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam
perkembangan kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah
laku imitatif tertentu. Bahkan Miller dan Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam
tulisan-tulisan mereka kemudian. Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki
kelalaian teori dan penelitiannya
melainkan memperluas analisis terhadap belajar lewat
observasi.
TINJAUAN KEPUSTKAAN
Banyak sumber mengungkapkan bahwa Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada tanggal 4 Desember 1925.
Masa kecil dan remaja dihabiskan di desanya. Tahun 1949 mendapat pendidikan di University
of British Columbia jurusan psikologi. Memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi
pada tahun 1951 dan setahun kemudian meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi
klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University. Kemudian Bandura banyak
terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia
dan tertarik pada nilai eksperimen. Tahun
1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan selanjutnya mendapat anugrah American Psychological Association untuk Distinguished scientific
contribution pada tahun 1980.
Hasil kajian dan rujukan kepustakaan dari berbagai
sumber terungkap bahwa Bandura bertemu dengan Robert
Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses
identifikasi. Sejak itu Bandura mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard
Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, meskipun
prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting
yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura terkenal
dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada
komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura dimana teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip dan teori
belajar perilaku dan memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat–isyarat
perubahan perilaku atatupun pada proses–proses mental internal. Teori pembelajaran sosial menggunakan
penjelasan–penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan–penjelasan
kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam
pandangan belajar socsal “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan–kekuatan dari dalam
dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus–stimulus lingkungan.
Fakta-fakta penulusuran kepustakaan juga
mempertegas bahwa teori belajar sosial menekankan bahwa sebagian besar
manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku
orang lain. Inti pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah
satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. (Kard,S,1997:14). Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur,
M,1998.a:4). Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori
pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang
sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental
seseorang. Unsur utama
teori Bandura dalam peniruan adalah perhatian/atensi, mengingat/retensi, reproduksi gerak dan motivasi. Ciri-ciri teori pemodelan Bandura adalah unsur
pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan, tingkah laku model boleh dipelajari melalui
bahasa, teladan, nilai dan lain – lain. Siswa meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model,
siswa memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif serta proses pembelajaran
meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik
yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif.
Eksperimen Bandura yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak
meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura
seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan
“permodelan “. Jenis – jenis Peniruan
(modelling) menurut Albert Bandura
adalah peniruan langsung, peniruan tak langsung, peniruan gabungan, peniruan sesaat/seketika serta peniruan
lanjutan.
ESENSI TEORI
Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata–mata bidak yang menjadi
objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh
lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua, Bandura
menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi dengan orang
lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks
sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori Belajar Sosial
berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang
berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan.
Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan terhadap manusia untuk
mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri
sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini
tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol
oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang
dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan
faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977)
Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai
dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan
motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan didasarkan pada
pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara. Bandura setuju bahwa
penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan
penguat yang diwakilkan (vicarious reinforcement), penguat yang
ditunda(expectation reinforcement), atau bahkan tanpa penguat (beyond
reinforcement).
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforsemen yang
nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan
melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan
hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat
reinforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien
dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat
memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti dengan
hubungan atau penguatan. Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku
yang memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki
kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh
penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya,
daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih
memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan
sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan
Wielkeiwicks, 1995). Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan
penjelasan yang tidak memadai untuk motivasi karena motivasi belajar manusia
itu sangat kompleks dan tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan).
Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahwa makanan akan
merupakan penguat yang sangat efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar,
kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan apa yang bukan
penguat, karena nilai penguatan dari penguat yang paling potensial sebagian
besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situsional. Menurut
Bandura, ada empat proses yang penting agar belajar melalui obsevasi dapat
terjadi. Perhatian
(attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan ke
orang itu. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya,
sifat model yang atraktif, dan arti penting tingkah laku yang diamati bagi si
pengamat. Representasi (representation process): Tingkah laku yang akan
ditiru, harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun
dalam bentuk gambaran/imajinasi. Representasi verbal memungkinkan orang
mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati, dan menentukan mana yang
dibuang dan mana yang akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi
memungkinkan dapat dilakukannya latihan simbolik dalam pikiran, tanpa benar –
benar melakukannya secara fisik. Peniruan tingkah laku model (behavior production
process): sesudah mengamati dengan penuh perhatian, dan memasukkannya ke dalam
ingatan, orang lalu bertingkah laku. Mengubah dari gambaran pikiran
menjadi tingkah laku menimbulkan kebutuhan evaluasi; “Bagaimana melakukannya?”
“Apa yang harus dikerjakan?” “Apakah sudah benar?” Berkaitan dengan kebenaran,
hasil belajar melalui observasi tidak dinilai berdasarkan kemiripan respons
dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih pada tujuan belajar dan efikasi
dari pembelajaran. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process):
Belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajaran memiliki motivasi
yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin
memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi
untuk itu tidak ada, tidak bakal terjadi proses daripada tingkah laku yang
dihukum. Imitasi tetap terjadi walaupun model tidak diganjar, sepanjang
pengamat melihat model mendapat ciri-ciri positif yang menjadi tanda dari gaya
hidup yang berhasil, sehingga diyakini model umumnya akan diganjar. Motivasi
banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan
karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, seks,
keramahan, dan kemampuan, pening dalam menentukan tingkat imitasi. Anak lebih
senang meniru model sesusilanya daripada model dewasa. Anak juga cenderung
meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya, alih-alih model yang
standarnya di luar jangkauannya. Anak yang sangat dependen cenderung melimitasi
model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi
antara ciri model dengan observernya. Anak cenderung melimitasi orang tuanya
yang hangat dan open (jw), gadis lebih melimitasi ibunya. Albert Bandura (1969) juga menjelaskan sistem
pengendalian perilaku Belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi
pengalaman. Didalamnya tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik dan
kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain. Albert Bandura (1969)
menjelaskan sistem pengendalian perilaku. Stimulus control. Perilaku yang
muncul di bawah pengendalian stimulus eksternal, seperti bersin, bernafas dan
mengedipkan mata. Outcome control. Perilaku yang dilakukan untuk mencapai
hasilnya, berorientasi pada hasil yang akan dicapai. Symbolic control. Perilaku
yang diarahkan oleh kata-kata yang dirumuskan, atau diarahkan oleh antisipasi
yang diimajinasikan dari hasil yang akan dicapai. Beberapa ide umum tentang
pengalaman belajar adalah keterlibatan dalam pengalaman belajar mempunyai pengaruh penting
terhadap pembelajaran. Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang
kehendak peserta didik untuk mau melaksanakan tugas sekalipun mengandung
risiko. Strategi yang mendalam dapat dipergunakan namun pengaruh penting
terhadap beberapa aspek, seperti; usia, kematangan, kepercayaan dan penghargaan
terhadap orang lain. Pada umumnya pembelajaran berpengaruh kepada hal-hal khusus seperti
menghargai orang lain dan bersikap hati-hati kepada yang baru dikenal serta terdapat banyak pengaruh yang dapat
dipelajari melalui model (orang tua dan guru) sedang peserta didik berusaha
menirunya.
KESIMPULAN
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog
pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk
menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan
sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B),
lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi
persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh
(interlocking). Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering
dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan
personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik
seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi
lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi
yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas. Tingkah laku
dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh
model). Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Teori
Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli psikologi
pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan
untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan
sekitarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan
kejadian – kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan
aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh. Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan
sebagai berikut Belajar merupakan
interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara
lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses
kognitif belajar. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku,
konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel). Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel). Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
RUJUKAN
Alwisol, Psikologi
Kepribadian Edisi Revisi. 2008.UPT Penerbitan Universitaas Muhammadiyah:Malang
Davindoff. Linda L. 1981.
Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hall, Calvis S. &
Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta.:
Penerbit Kanisius.
Rahayu, Iin Tri dkk (Fakultas Psikologi UIN Malang). Hubungan Pola Pikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Jurnal Psikologi UNDIP, V0l.1, No.2, Desember 2004, Hal 131-143
Rahayu, Iin Tri dkk (Fakultas Psikologi UIN Malang). Hubungan Pola Pikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Jurnal Psikologi UNDIP, V0l.1, No.2, Desember 2004, Hal 131-143
Rakhmat, Jalaluddin. 2003.
Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rustiana, computer anxiety
dan keahlian user computing dalam penggunaan teknologi informasi.
Jurnal KINERJA, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Volume 9, No. 1, Th.
2005: Hal. 42-53
Setianti, Fetiara dan Alfi Purnamasari,
Efefektifitas Mendengarkan Pembacaan Cerita Untuk Meningkatkan Minat Baca
Anak Sekolah Dasar. Jurnal Humanistik Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan, Vol 5,
No.1 Januari 2008, Hal 15-26
Soetardjo, Alfin Fadila
Helmi. Jurnal dan Artikel Beberapa Perspektif Perilaku Agresif.