Sabtu, 19 November 2011

PSIKOLOGI


Mengenal Sekilas Albert Bandura dan Teorinya

Oleh: Nelson Sihaloho

Albert Bandura dilahirkan pada tahun 1925 di Alberta, Canada. Menempuh  pendidikan kesarjanaannya di bidang psikologi klinis di Universitas Iowa dan mencapai gelar Ph.D pada tahun 1952. Setelah menempuh pelatihan post-doktoral dibidang klinis selama satu tahun, pada tahun 1953 Bandura bekerja di Universitas Stanford dan menjadi Profesor David Starr dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.  Pada tahun 1963, Albert Bandura dan Walters berhasil meluncurkan buku Skop Learning and Personality Development dan meluaskan skop teori pembelajaran dengan menjelaskan lebih rinci lagi prinsip pembelajaran pemerhatian dan peneguhan. Albert Bandura pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 serta  terpilih menjadi Ketua American Psychological Association.
Albert Bandura menjabat sebagai Ketua APA pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972. Teori kepribadian prinsip utamanya adalah pada belajar sosial (social learning). Teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura, didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri/berfikir (sel-regulation/cognition).
PENDAHULUAN
Dari berbagai sumber dan data-data tentang teori Bandura banyak ditemukan tentang unsur-unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan (imitasi). Tingkah laku model dapat dipelajari melalui bahasa, perilaku. Albert Bandura merupakan seorang profesor psikologi di Universitas Stanford. Teori pembelajaran yang terkenal dari Bandura adalah teori belajar sosial melalui perhatian merupakan pembentukan asas tingkah laku orang lain. Secara individu juga secara tidak langsung mempelajari perubahan tingkah laku. Bandura menyebut orang yang diperhatikan sebagai model dan proses pembelajaran melalui perhatian tingkah laku model sebagai permodelan. Bandura juga menekankan aspek interaksi antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Bandura melihat manusia dalam aktivitasnya dan berupaya mengendalikan tingkah laku secara selektif. Bandura membagi dua jenis pembelajaran melalui perhatian. Pertama, melalui peneguhan. Kondisi ini berlaku apabila kita melihat orang lain diberi ganjaran atau denda untuk tindakan tertentu sehingga kita mengubah tingkah laku. Penelitian Bandura mencakup banyak masalah bersifat sentral dalam teori belajar social. Melalui penelitian oleh Bandura teorinya dipertajam dan diperluas. Studi Bandura imitasi dan identifikasi, perkuatan sosial, perkuatan diri, pemonitoran serta perubahan tingkah laku melalui pemodelan. Pada tahun 1959 Bandura bersama Richard Wakters menulis Adolescent Aggression, suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah. Empat tahun kemudian tepatnya tahun 1963 menulis tentang Social Learning and Personality Development sebuah buku dimana mereka memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar terhadap teori tersebut.
Tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of Behavior Modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku. Selanjutnya pada tahun 1973, menulis buku berjudul  ”Aggression: A social learning analysis”. Disusul kemudian Social Learning Theory (1977), Bandura telah berupaya menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia. Secara umum  teori  pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan. Prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap.
Fakta sejarah membuktikan bahwa dalam buku Bandura terbitan 1941, Social larning and imitation, Miller dan Dollard telah mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam perkembangan kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah laku imitatif tertentu. Bahkan Miller dan Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam tulisan-tulisan mereka kemudian. Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki kelalaian teori dan penelitiannya melainkan memperluas analisis terhadap belajar lewat observasi.
TINJAUAN KEPUSTKAAN
Banyak sumber mengungkapkan bahwa Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada tanggal 4 Desember 1925. Masa kecil dan remaja dihabiskan di desanya. Tahun 1949 mendapat pendidikan di University of British Columbia jurusan psikologi. Memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian meraih gelar doctor (Ph.D).  Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University. Kemudian Bandura banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan selanjutnya mendapat anugrah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahun 1980.
Hasil kajian dan rujukan kepustakaan dari berbagai sumber terungkap bahwa Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya.  Bandura berpendapat, meskipun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
Teori pembelajaran sosial dikembangkan oleh Albert Bandura dimana teori ini menerima sebagian besar dari prinsip dan teori belajar perilaku dan memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat–isyarat perubahan perilaku atatupun pada proses–proses mental internal.  Teori pembelajaran sosial menggunakan penjelasan–penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan–penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar socsal “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan–kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus–stimulus lingkungan.
Fakta-fakta penulusuran kepustakaan juga mempertegas bahwa teori belajar sosial menekankan bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. (Kard,S,1997:14). Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4). Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang. Unsur utama teori Bandura dalam peniruan adalah   perhatian/atensi, mengingat/retensi, reproduksi gerak  dan motivasi. Ciri-ciri teori pemodelan Bandura adalah unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan, tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain. Siswa meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model, siswa memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif serta  proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif.
Eksperimen Bandura yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “.  Jenis – jenis Peniruan (modelling) menurut Albert Bandura adalah peniruan langsung, peniruan tak langsung, peniruan gabungan, peniruan sesaat/seketika serta peniruan lanjutan.
ESENSI TEORI
Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata–mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua, Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan terhadap manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977)
Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara. Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan (vicarious reinforcement), penguat yang ditunda(expectation reinforcement), atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement).
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforsemen yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat reinforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan. Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang  dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995). Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak memadai untuk motivasi karena motivasi belajar manusia itu sangat kompleks dan tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan). Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahwa makanan akan merupakan penguat yang sangat efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan apa yang bukan penguat, karena nilai penguatan dari penguat yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situsional. Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar belajar melalui obsevasi dapat terjadi. Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan ke orang itu. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat model yang atraktif, dan arti penting tingkah laku yang diamati bagi si pengamat. Representasi (representation process): Tingkah laku yang akan ditiru, harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk gambaran/imajinasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati, dan menentukan mana yang dibuang dan mana yang akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi memungkinkan dapat dilakukannya latihan simbolik dalam pikiran, tanpa benar – benar melakukannya secara fisik. Peniruan tingkah laku model (behavior production process): sesudah mengamati dengan penuh perhatian, dan memasukkannya ke dalam ingatan, orang lalu bertingkah  laku. Mengubah dari gambaran pikiran menjadi tingkah laku menimbulkan kebutuhan evaluasi; “Bagaimana melakukannya?” “Apa yang harus dikerjakan?” “Apakah sudah benar?” Berkaitan dengan kebenaran, hasil belajar melalui observasi tidak dinilai berdasarkan kemiripan respons dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih pada tujuan belajar dan efikasi dari pembelajaran. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process): Belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajaran memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, tidak bakal terjadi proses daripada tingkah laku yang dihukum. Imitasi tetap terjadi walaupun model tidak diganjar, sepanjang pengamat melihat model mendapat ciri-ciri positif yang menjadi tanda dari gaya hidup yang berhasil, sehingga diyakini model umumnya akan diganjar. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan, pening dalam menentukan tingkat imitasi. Anak lebih senang meniru model sesusilanya daripada model dewasa. Anak juga cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya, alih-alih model yang standarnya di luar jangkauannya. Anak yang sangat dependen cenderung melimitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya. Anak cenderung melimitasi orang tuanya yang hangat dan open (jw), gadis lebih melimitasi ibunya. Albert Bandura (1969) juga menjelaskan sistem pengendalian perilaku Belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi pengalaman. Didalamnya tercakup perubahan-perubahan afektif, motorik dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain. Albert Bandura (1969) menjelaskan sistem pengendalian perilaku. Stimulus control. Perilaku yang muncul di bawah pengendalian stimulus eksternal, seperti bersin, bernafas dan mengedipkan mata. Outcome control. Perilaku yang dilakukan untuk mencapai hasilnya, berorientasi pada hasil yang akan dicapai. Symbolic control. Perilaku yang diarahkan oleh kata-kata yang dirumuskan, atau diarahkan oleh antisipasi yang diimajinasikan dari hasil yang akan dicapai. Beberapa ide umum tentang pengalaman belajar adalah keterlibatan dalam pengalaman belajar mempunyai pengaruh penting terhadap pembelajaran. Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang kehendak peserta didik untuk mau melaksanakan tugas sekalipun mengandung risiko. Strategi yang mendalam dapat dipergunakan namun pengaruh penting terhadap beberapa aspek, seperti; usia, kematangan, kepercayaan dan penghargaan terhadap orang lain. Pada umumnya pembelajaran berpengaruh kepada hal-hal khusus seperti menghargai orang lain dan bersikap hati-hati kepada yang baru dikenal serta terdapat banyak pengaruh yang dapat dipelajari melalui model (orang tua dan guru) sedang peserta didik berusaha menirunya.
KESIMPULAN
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking). Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas. Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model). Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Teori Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.  Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut  Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.

RUJUKAN
Alwisol, Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. 2008.UPT Penerbitan Universitaas Muhammadiyah:Malang
Davindoff. Linda L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hall, Calvis S. & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.
Rahayu, Iin Tri dkk (Fakultas Psikologi UIN Malang). Hubungan Pola Pikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Jurnal Psikologi UNDIP, V0l.1, No.2, Desember 2004, Hal 131-143
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rustiana, computer anxiety dan keahlian user computing  dalam penggunaan  teknologi informasi. Jurnal  KINERJA, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Volume 9, No. 1, Th. 2005: Hal. 42-53
Setianti, Fetiara dan Alfi Purnamasari, Efefektifitas Mendengarkan Pembacaan Cerita  Untuk Meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Dasar. Jurnal Humanistik Fakultas Psikologi Ahmad Dahlan, Vol 5, No.1 Januari 2008, Hal 15-26
Soetardjo, Alfin Fadila Helmi. Jurnal dan Artikel Beberapa Perspektif Perilaku Agresif.