Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
Oleh : Nelson Sihaloho
Salah satu yang menjadi isu-isu
penting saat ini adalah banyaknya guru yang tidak mampu mengembangkan
pengembangan profesi berkelanjutan. Sudah menjadi rahasia umum meskipun saat
ini banyak guru yang telah lulus sertifikasi guru dan diberikan sertifikat
(guru profesional) diduga banyak guru yang “kurang layak” mendapatkan “guru
profesional” apabila melihat kinerja pengembangan profesi berkelanjutannya.
Karena itu tradisi ilmiah dikalangan guru sudah semestinya menjadi fokus
perhatian para kepala sekolah untuk mengembangkan tradisi ilmiah disekolah yang
dipimpinnya.
Guru juga harus membiasakan dan
mencontohkan peserta didik untuk menulis. Tradisi ilmiah guru dikembangkan
dengan membaca, berpikir, dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan.
Data dari berbagai sumber menyebutkan, dari 2,6 juta guru di
Indonesia untuk guru golongan IV/b
hanya 0,87 persen, guru golongan IV/c
sebanyak 0,07 persen, dan
golongan IV/d sebanyak 0,02
persen. Persyaratan untuk naik (ke golongan) IV/b tidak hanya cukup dengan
mengumpulkan angka kredit mengajar, tetapi salah satu komponennya menulis karya
ilmiah.
Salah satu kondisi guru di Indonesia yang memerlukan pengembangan
lebih lanjut adalah kemampuan guru pada umumnya yang belum terbiasa dengan
tradisi ilmiah, atau
scientific tradition. Sebagian besar guru belum memiliki kompetensi dalam
penulisan karya ilmiah. Hal ini
terjadi diberbagai bidang baik tentang substansi keilmuan yang diembannya
maupun tentang metode pembelajaran.
Penyebabnya antara lain
karena berbagai keterbatasan yang dihadapi guru, baik dalam mengakses informasi
melalui perangkat keras untuk melakukan telurus informasi maupun penguasan
metode ilmiah oleh guru. Masih
terdapat kelangkaan berbagai wahana atau pola pengembangan ilmu dan
keterampilan guru dimana guru dapat bertukar dan berbagi informasi yang penting
bagi peningkatan profesionalismenya. Kebiasaan-kebiasaan berpikir ilmiah diantara guru perlu
dikembangkan dengan cara secara
terus menerus membuat penelitian dan karya ilmiah.
Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan suatu produk dari kegiatan
ilmiah. Karya tulis ilmiah merupakan
suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasannya dapat dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan ataupun melalui pengumpulan data
yang diperoleh dalam suatu
penelitian.
Karya tulis ilmiah harus menggunakan
metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap
permasalahan yang akan
diteliti. Banyak pakar dan ahli
pendidikan mengungkapkan bahwa karya
tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan
menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui
suatu sistematika penulisan yang disepakati.
Adapun ciri-cirin suatu karya tulis ilmiah harus dapat dipertanggung
jawabkan secara empirik dan
objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya
penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan
sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisannya
Apabila dalam penelitian bahan penulisan
karya tulis ilmiah mengutip pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai
landasan penyusunan penelitian harus
disebutkan sumbernya. Pernyataan
ilmiah digunakan sesuai tujuannya agar kita bisa menjelaskan suatu
konsep, atau dapat digunakan sebagai premis dalam pengambilan kesimpulan pada
suatu argumentasi. Pernyataan ilmiah ini berguna untuk mengidentifikasikan
media komunikasi ilmiah pada media mana pernyataan itu disampaikan apakah buku,
seminar, lokakarya, simposium maupun buletin. Termasuk kita bisa menegidentifikasi lembaga yang menerbitkan publikasi
ilmiah, tempat dan waktu
penerbitan.
Cara kita
mencantumkan ketiga hal tersebut dalam karya tulis ilmiah disebut teknik notasi
ilmiah.
Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis
yang menyajikan fakta dan ditulis dengan menggunakan metode penulisan yang
baku. Hal-hal yang harus ada dalam
karya ilmiah adalah karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat
pikiran dan alur pikiran, keindahan
karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang
menyangganya, alur pikir
dituangkan dalam sistematika dan notasi, karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel,
dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur, karya tulis ilmiah harus mampu
mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan
kaidah-kaidah kebahasaan serta karya
tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan). (Dirjen PMPTK, Depdiknas, 2008 tentang Penulisan Karya Ilmiah).
Menurut,et.al,2008
mengungkapkan bahwa metode penelitian yang digunakan untuk
mengungkapkan pemecahan masalah memiliki pengertian diantarnya penelitian adalah usaha yang
sistematik dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik yang memerlukan
pemecahan, cara ilmiah yang
digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu, cara ilmiah dilandasi oleh metode
rasional dan metode empiris serta metode kesisteman, penelitian meliputi proses pemeriksaan,
penyelidikan, pengujian dan eksperimen yang harus diilakukan secara sistematik,
tekun, kritis, objektif, dan logis
serta penelitian dapat didefinisikan sebagai pemeriksaan atau
penyelidikan ilmiah sistematik, terorganisasi didasarkan data dan kritis
mengenai masalah spesifik yang dilakukan secara objektif untuk mendapatkan
pemecahan masalah atau jawaban dari masalah tersebut.
Intinya, metode penulisan karya tulis
ilmiah mengacu pada metode pengungkapan fakta yang biasanya berasal dari hasil
penelitian dengan berbagai metode yang digunakan. Karya tulis ilmiah dapat juga
disebut sebagai laporan hasil penelitian. Laporan
hasil penelitian ditulis sesuai dengan tujuan laporan tersebut dibuat atau
ditujukan untuk keperluan yang dibutuhkan. Laporan hasil penelitian dapat
ditulis dalam dua macam, yaitu sebagai dokumentasi dan sebagai publikasi.
Perbedaan kedua karya tulis ilmiah ini terletak pada format penulisan. Karya tulis ilmiah sebagian besar
merupakan publikasi hasil penelitian. Dengan demikian format yang digunakan
dalam karya tulis ilmiah ini ditentukan oleh isi penelitian yang menggambarkan
metode atau sistematika penelitian. Metode penelitian secara garis besar dapat
dibagi dalam empat macam.yaitu yang disusun berdasarkan hasil penelitian
kuantitatif, hasil penelitian kualitatif, hasil kajian pustaka, dan hasil kerja pengembangan.
Adapun persyaratan karya tulis ilmiah menurut et.al (2008) yaitu karya
tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi
hukum alam pada situasi spesifik, karya
tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat
terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni
mencantukan rujukan dan kutipan yang jelas. Karya
tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara
terkendali, konseptual dan procedural, karya tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan
pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik
kesimpulan. Karya tulis ilmiah
mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu
hipotesis serta Karya tulis
ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi
fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh
bersifat emotif. Intinya dalam
menulis karya ilmiah memerlukan persiapan yang dapat dibantu dengan menyusun
kerangka tulisan.
Penelitian Tindakan Kelas
Banyak guru saat ini kesulitan dalam melakukan
penelitian tindakan kelas (PTK). Bahkan berdasarkan pengalaman penulis ada guru
yang melakukan PTK tidak mengusulkan judul penelitiannya kepada kepala sekolah.
Lebih fatal lagi ketika guru selesai melakukan
PTK laporan PTK hanya berupa laporan-laporan seperti tabel-tabel dan
berbagai bentuk laporan lainnya. Semestinya apabila seorang guru telah selesai
melakukan PTK maka laporan PTK guru harus dituangkan dalam karya tulis ilmiah
(KTI). Itulah sebabnya PTK menjadi acuan dasar terhadap seorang guru untuk
menuangkan hasil PTK nya dalam bentuk KTI.
Berdasarkan pengalaman penulis, PTK sangat berguna
untuk mengukur kinerja guru khususnya dalam pengembangan profesi berkelanjutan.
Pada awalnya pada tahun 2007, penulis sangat kesulitan dalam melakukan PTK.
Bahkan pengalaman penulis pada tahun 2007 berujung pada pengalaman pahit dan
getirnya menuangkan PTK menjadi KTI. Sejak itu, penulis menyadari bahwa sering
menulis di media seperti majalah, koran, buletin tidak menjadi jaminan bagi seorang
guru mulus untuk naik pangkat. Akhirnya penulis terus melakukan perubahan
belajar dan belajar secara terus menerus. Penulis akhirnya baru mendapatkan
hasil yang luar biasa pada tahun 2008. Berbekal pengelaman itu akhirnya penulis
rajin melakukan PTK minimal 1 buah PTK setiap tahun, sering menulis di media
dan terus melakukan perbaikan metode penulisan ilmiah.
Persoalan yang sering muncul dilapangan adalah
mengapa guru kurang mampu mengembangkan tugas pengembangan profesi
berkelanjutan pada tugas pokok fungsinya?
Contoh kecil adalah X sebagai guru bahasa Inggris mengapa X sulit
melakukan PTK pada bidangnya? Padahal guru X tersebut sudah lulus sertifikasi 3
tahun silam dan dinyatakan dalam sertifikat pendidiknya Guru Profesional. Lebih ironis guru X tersebut
sudah memiliki pangkat dan golongan ruang
Pembina, IV/a pada tahun 2001. Dengan kondisi demikian selama kurun
waktu 11 tahun mengapa tidak bisa naik pangkat. Selanjutnya relevankah
sertifikat pendidiknya (Guru Profesional) dengan pengembangan profesi
berkelanjutannya?.
Berdasarkan pengalaman itu sudah semestinya para
guru yang kurang mampu mengembangkan profesi berkelanjutannya dan tidak naik
pangkat lebih dari 6 tahun sertifikatnya perlu ditinjau ulang. Pihak Dinas
Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu dan LPTK Penyelenggara Sertifikasi harus
melakukan review ulang atas pelaksanaan sertifikasi guru yang diduga tidak
melakukan evaluasi secara menyeluruh.
Kemmis & McTaggrt, 1982, Burns, 1999 dan Reason & Bradbury, 2001, menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan intervensi
praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan
situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan sering disebut dengan penelitian tindakan kelas atau PTK.
Adapun syarat-syarat PTK menurut McNiff, Lomax dan Whitehead (2003) ada delapan Pertama, anda dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan
mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional.
Kedua, anda dan kolaborator menjadi pusat dari
penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan
dicapai. Ketiga, tindakan yang anda lakukan hendaknya
didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka
teoretis, maupun pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi
kritis dan dipadukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil
penelitian tindakan), berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
Keempat, tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan
bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. Kelima, penelitian tindakan
melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan
yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya. Keenam, anda mesti mamantau secara sistematik agar anda mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya
berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman
tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi.
Kutujuh, anda perlu membuat deskripsi otentik
objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat
faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari
buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional. Kedelapan, anda perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi
autentik tersebut di atas.
Deskripsi itu mencakup, identifikasi makna-makna yang mungkin
diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan penelitian
lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan
dengan pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks
praktik terkait) bersama penjelasannya. Mempermasalahkan
deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan
evaluasi terhadap hasilnya, teorisasi, yang dilahirkan dengan
memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
Kesembilan, anda perlu menyajikan laporan hasil PTK
dalam berbagai bentuk tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan
harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri, percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses
percakapan tersebut, narasi dan cerita serta bentuk visual seperti diagram,
gambar, dan grafik.
Kesepuluh, anda perlu memvalidasi pernyataan anda tentang keberhasilan tindakan anda lewat pemeriksaan
kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan
sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk
memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi
sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi
public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena
semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada
perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan
pembelajaran kelas. Menurut Cohen & Manion, 1980, PTK sebagai alat untuk mengatasi masalah-masalah yang
didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas, alat pelatihan dalam-jabatan, membekali
guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya
kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang
ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif, alat untuk meningkatkan komunikasi yang
biasanya buruk antara guru dan peneliti, alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan
yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Meski demikian PTK
memiliki kelebihan. Menurut Shumsky, 1982 kelebihannya yaitu tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama
dalam PTK, tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis
lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK, dalam kerja sama ada saling merangsang untuk
berubah serta meningkatnya kesepakatan lewat kerja
sama demokratis dan dialogis dalam PTK.
PTK juga memiliki
kelemahan yaitu kurangnya pengetahuan dan
keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis,
rendahnya efisiensi waktu karena anda harus
punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara anda masih harus melakukan tugas rutin serta konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang
demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan
anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk
mendapatkan pemimpin demikian.
Supaya PTK kita berhasil menurut Hodgkinson, 1988, syarat-syarat yang harus dipenuhi
adalah kesediaan untuk mengakui kekurangan diri, kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu
yang baru, dorongan untuk mengemukakan gagasan baru, waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan, kepercayaan timbal balik antar
orang-orang yang terlibat dan pengetahuan tentang dasar-dasar
proses kelompok oleh peserta penelitian. (Sumber: Disarikan dan dihimpun dari berbagai
sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar