Selasa, 24 Januari 2012

KARYA TULIS ILMIAH


Karakteristik Karya Tulis Ilmiah

Oleh : Nelson Sihaloho

Salah satu  yang menjadi isu-isu penting saat ini adalah banyaknya guru yang tidak mampu mengembangkan pengembangan profesi berkelanjutan. Sudah menjadi rahasia umum meskipun saat ini banyak guru yang telah lulus sertifikasi guru dan diberikan sertifikat (guru profesional) diduga banyak guru yang “kurang layak” mendapatkan “guru profesional” apabila melihat kinerja pengembangan profesi berkelanjutannya. Karena itu tradisi ilmiah dikalangan guru sudah semestinya menjadi fokus perhatian para kepala sekolah untuk mengembangkan tradisi ilmiah disekolah yang dipimpinnya.
Guru juga harus membiasakan dan mencontohkan peserta didik untuk menulis. Tradisi ilmiah guru dikembangkan dengan membaca, berpikir, dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan.
Data dari berbagai sumber menyebutkan, dari 2,6 juta guru di Indonesia untuk guru golongan IV/b hanya 0,87 persen, guru golongan IV/c sebanyak  0,07 persen, dan golongan IV/d sebanyak 0,02 persen.  Persyaratan untuk naik (ke golongan) IV/b tidak hanya cukup dengan mengumpulkan angka kredit mengajar, tetapi salah satu komponennya menulis karya ilmiah.
Salah satu kondisi guru di Indonesia yang memerlukan pengembangan lebih lanjut adalah kemampuan guru pada umumnya yang belum terbiasa dengan tradisi ilmiah, atau scientific tradition. Sebagian besar guru belum memiliki kompetensi dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini terjadi diberbagai bidang baik tentang substansi keilmuan yang diembannya maupun tentang metode pembelajaran.
Penyebabnya  antara lain karena berbagai keterbatasan yang dihadapi guru, baik dalam mengakses informasi melalui perangkat keras untuk melakukan telurus informasi maupun penguasan metode ilmiah oleh guru. Masih terdapat kelangkaan berbagai wahana atau pola pengembangan ilmu dan keterampilan guru dimana guru dapat bertukar dan berbagi informasi yang penting bagi peningkatan profesionalismenya. Kebiasaan-kebiasaan berpikir ilmiah diantara guru perlu dikembangkan dengan cara secara terus menerus membuat penelitian dan karya ilmiah.
Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan suatu produk dari kegiatan ilmiah. Karya tulis ilmiah merupakan suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasannya dapat  dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan ataupun melalui pengumpulan data yang diperoleh dalam suatu penelitian.
Karya tulis ilmiah  harus menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang akan diteliti. Banyak pakar dan ahli pendidikan mengungkapkan bahwa  karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati.
Adapun ciri-cirin suatu karya tulis ilmiah harus dapat dipertanggung jawabkan secara empirik dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisannya
Apabila dalam penelitian bahan penulisan karya tulis ilmiah mengutip pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai landasan penyusunan penelitian harus disebutkan sumbernya. Pernyataan ilmiah digunakan  sesuai tujuannya agar kita bisa menjelaskan suatu konsep, atau dapat digunakan sebagai premis dalam pengambilan kesimpulan pada suatu argumentasi. Pernyataan ilmiah ini berguna untuk mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah pada media mana pernyataan itu disampaikan apakah buku, seminar, lokakarya, simposium maupun buletin. Termasuk kita bisa  menegidentifikasi  lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah, tempat dan  waktu penerbitan.
Cara kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam karya tulis ilmiah disebut teknik notasi ilmiah.
Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan fakta dan ditulis dengan menggunakan metode penulisan yang baku. Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah adalah karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran, keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya, alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi, karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur, karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan serta karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan). (Dirjen PMPTK, Depdiknas, 2008 tentang Penulisan Karya Ilmiah).
Menurut,et.al,2008 mengungkapkan bahwa metode penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan pemecahan masalah memiliki pengertian diantarnya penelitian adalah usaha yang sistematik dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik yang memerlukan pemecahan, cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu, cara ilmiah dilandasi oleh metode rasional dan metode empiris serta metode kesisteman, penelitian meliputi proses pemeriksaan, penyelidikan, pengujian dan eksperimen yang harus diilakukan secara sistematik, tekun, kritis, objektif, dan logis serta penelitian dapat didefinisikan sebagai pemeriksaan atau penyelidikan ilmiah sistematik, terorganisasi didasarkan data dan kritis mengenai masalah spesifik yang dilakukan secara objektif untuk mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban dari masalah tersebut.
Intinya, metode penulisan karya tulis ilmiah mengacu pada metode pengungkapan fakta yang biasanya berasal dari hasil penelitian dengan berbagai metode yang digunakan. Karya tulis ilmiah dapat juga disebut sebagai laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian ditulis sesuai dengan tujuan laporan tersebut dibuat atau ditujukan untuk keperluan yang dibutuhkan. Laporan hasil penelitian dapat ditulis dalam dua macam, yaitu sebagai dokumentasi dan sebagai publikasi. Perbedaan kedua karya tulis ilmiah ini terletak pada format penulisan. Karya tulis ilmiah sebagian besar merupakan publikasi hasil penelitian. Dengan demikian format yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini ditentukan oleh isi penelitian yang menggambarkan metode atau sistematika penelitian. Metode penelitian secara garis besar dapat dibagi dalam empat macam.yaitu yang disusun berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, hasil penelitian kualitatif, hasil kajian pustaka, dan hasil kerja pengembangan.
Adapun persyaratan karya tulis ilmiah menurut et.al (2008) yaitu karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik, karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni mencantukan rujukan dan kutipan yang jelas. Karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan procedural, karya tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan. Karya tulis ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis serta Karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh bersifat emotif. Intinya dalam menulis karya ilmiah memerlukan persiapan yang dapat dibantu dengan menyusun kerangka tulisan.
Penelitian Tindakan Kelas
Banyak guru saat ini kesulitan dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Bahkan berdasarkan pengalaman penulis ada guru yang melakukan PTK tidak mengusulkan judul penelitiannya kepada kepala sekolah. Lebih fatal lagi ketika guru selesai melakukan  PTK laporan PTK hanya berupa laporan-laporan seperti tabel-tabel dan berbagai bentuk laporan lainnya. Semestinya apabila seorang guru telah selesai melakukan PTK maka laporan PTK guru harus dituangkan dalam karya tulis ilmiah (KTI). Itulah sebabnya PTK menjadi acuan dasar terhadap seorang guru untuk menuangkan hasil PTK nya dalam bentuk KTI.
Berdasarkan pengalaman penulis, PTK sangat berguna untuk mengukur kinerja guru khususnya dalam pengembangan profesi berkelanjutan. Pada awalnya pada tahun 2007, penulis sangat kesulitan dalam melakukan PTK. Bahkan pengalaman penulis pada tahun 2007 berujung pada pengalaman pahit dan getirnya menuangkan PTK menjadi KTI. Sejak itu, penulis menyadari bahwa sering menulis di media seperti majalah, koran, buletin tidak menjadi jaminan bagi seorang guru mulus untuk naik pangkat. Akhirnya penulis terus melakukan perubahan belajar dan belajar secara terus menerus. Penulis akhirnya baru mendapatkan hasil yang luar biasa pada tahun 2008. Berbekal pengelaman itu akhirnya penulis rajin melakukan PTK minimal 1 buah PTK setiap tahun, sering menulis di media dan terus melakukan perbaikan metode penulisan ilmiah.
Persoalan yang sering muncul dilapangan adalah mengapa guru kurang mampu mengembangkan tugas pengembangan profesi berkelanjutan pada tugas pokok fungsinya?  Contoh kecil adalah X sebagai guru bahasa Inggris mengapa X sulit melakukan PTK pada bidangnya? Padahal guru X tersebut sudah lulus sertifikasi 3 tahun silam dan dinyatakan dalam sertifikat pendidiknya  Guru Profesional. Lebih ironis guru X tersebut sudah memiliki pangkat dan golongan ruang  Pembina, IV/a pada tahun 2001. Dengan kondisi demikian selama kurun waktu 11 tahun mengapa tidak bisa naik pangkat. Selanjutnya relevankah sertifikat pendidiknya (Guru Profesional) dengan pengembangan profesi berkelanjutannya?.
Berdasarkan pengalaman itu sudah semestinya para guru yang kurang mampu mengembangkan profesi berkelanjutannya dan tidak naik pangkat lebih dari 6 tahun sertifikatnya perlu ditinjau ulang. Pihak Dinas Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu dan LPTK Penyelenggara Sertifikasi harus melakukan review ulang atas pelaksanaan sertifikasi guru yang diduga tidak melakukan evaluasi secara menyeluruh.
Kemmis & McTaggrt, 1982,  Burns, 1999 dan  Reason & Bradbury, 2001, menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan intervensi  praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan sering disebut dengan penelitian tindakan kelas  atau PTK.
Adapun syarat-syarat PTK  menurut McNiff, Lomax dan Whitehead (2003) ada delapan Pertama, anda dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional.
Kedua, anda dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai. Ketiga, tindakan yang anda lakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
Keempat, tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. Kelima, penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya. Keenam, anda mesti mamantau secara sistematik agar anda mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi.
Kutujuh, anda perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio,  riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.  Kedelapan, anda perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas.
Deskripsi itu mencakup,  identifikasi makna-makna yang mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama penjelasannya. Mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya, teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu.
Kesembilan, anda perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri, percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut, narasi dan cerita serta  bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
Kesepuluh, anda perlu memvalidasi pernyataan anda tentang keberhasilan tindakan anda lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya  dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Menurut Cohen & Manion, 1980, PTK sebagai alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas,  alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.  Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami)  pendekatan tambahan atau inovatif,  alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti,  alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Meski demikian PTK memiliki kelebihan. Menurut Shumsky, 1982 kelebihannya yaitu  tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK,  tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat  reflektif/evaluatif dalam PTK, dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah serta meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK. 
PTK juga memiliki kelemahan yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis, rendahnya efisiensi waktu karena anda  harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara  anda masih harus melakukan tugas rutin serta  konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi  terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimpin demikian.
Supaya PTK kita berhasil menurut  Hodgkinson, 1988, syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah  kesediaan untuk mengakui kekurangan diri, kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru,  dorongan untuk mengemukakan gagasan baru, waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan,  kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat dan pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta  penelitian. (Sumber: Disarikan dan dihimpun dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar