Kamis, 22 Maret 2012

PSIKOLOGI BELAJAR

Psikologi Belajar dan Motivasi Belajar Oleh: Nelson Sihaloho Pengantar Seringkali kita berhadapan dengan masalah siswa yang kurang didiplin dalam belajar. Bahkan disekolah sering kita temukan para siswa terlambat mengumpulkan pekerjaan rumah (PR) yang ditugaskan oleh guru. Anehnya ketika guru mengajar ada saja siswa yang usil dan ribut dalam kelas. Maka guru ketika sedang kesal maka akan melimpahkan masalah siswa kepada guru Bimbingan Konseling di sekolah. Dengan kondisi itu apakah guru telah benart-benar profesional? Apabila dikaji secara lebih mendalam apakah benar guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik telah menjadi guru profesional? Jika memang sudah menjadi guru profesional megapa dalam mengelola kelas saja guru “kelabakan” dalam menjalankan tugas profesionalnya di kelas. Suatu hal yang sangat “memalukan” jika ada oknum guru bila terjadi sesuatu dalam kelas dan selalu melimpahkan permasalahan kepada Guru Bimbingan Konseling di sekolah merupakan “ Guru Profesional” yang tersurat diatas kertas. Belajar dari berbagai kejadian-kejadian maupun pengalaman tentunya psikologi belajar dan motivasi belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar (PBM). Namun dalam implementasinya seringkali guru mengabaikan faktor-faktor psikologis dan motivasi siswa sehingga memiliki keinginan dan kemauan yang kuat dalam belajar. Pentingnya Psikologi Belajar Banyak pendidik dan psikologis yang kurang paham arti dari kenyataan bahwa psikologi merupakan bidang ilmu pengetahuan dan telah menjadi suatu profesi yang diakui kredibilitasnya. Teori belajar dan penerapannya merupakan masalah umum dalam psikologi. Banyak para ahli psikologi mengidentifikasi diri mereka dengan dasar sebagai ahli ilmu pengetahuan yang menyarankan bahwa betapa pentingnya dasar teori ilmu pengetahuan psikologi dikuasai dalam proses belajar mengajar. Teori belajar misalnya telah ada ribuan tahun yang lalu. Namun teori-teori itu terus digunakan meskipun perkembangan zaman dan teknologi semakin canggih. Padaintinya dasar-dasar ilmu pengetahuan yang sesungguhnya adalah berawal dari teori-teori zaman dulu. Perkembangannya adalah kemudian sesuai dengan fase, tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Psikologi belajar misalnya menyoroti tentang bagaimana kondisi psikologis seseorang diarahkan untuk mampu belajar dengan baik. Belajar sepanjang hayat misalnya adalah merupakan sesuatu tuntutan bahwa belajar tidak akan pernah berhenti sebelum ajal menjemput seseorang. Sering kita mendengar bahwa teori dasar dari ilmu pengetahuan merupakan jalan dalam menciptakan kespesifikasian keadaan pendidikan. Munculnya teori Thorndike dan prinsip Gestalt sama halnya dengan seringnya mensejajarkan beberapa bagian teori neo behaviorisme melawan orientasi teori kognitif atau beberapa bagian dari psikologi humanistik. Intinya psikologi memberikan masukan kepada dasar dari penelitian dan penemuan. Kita perlu untuk membuang cerita lain mengenai hubungan dasar ilmu pengetahuan dan resolusi masalah praktek. Metode ilmiah telah didukung untuk digunakan pada ilmu pendidikan termasuk psikologi. Namun pendidik memiliki kebiasaan melihat psikologi sebagai sumber informasi. Sebagian pendidik telah menganggap psikologi sebagai ilmu atau strategi yang dapat digunakan untuk praktek pendidikan. Tetapi umumnya para guru melewatkan tentang pentingnya psikologi. Aspek dasar dari psikologi adalah memasukkan pengetahuan, pemahaman, perkembangan dan kepribadian. Untuk mengetahui dan memahami teori pembelajaran diperlukan adanya pemahaman yang baik terhadap persoalan utama dalam teori psikologi. Teori belajar sering diidentikkan dengan teori instruksional. Beuchamp, 1961 dan Getzels, 1952 menyatakan bahwa pemecahan secara relative dan dengan cara yang tidak sitematis dimana kita membuat ketegasan mengenai praktek pendiidkan. Teori instruksional muncul didalam usahanya untuk menyediakan rencana yang lebih sistematis didalam pengajaran, masih berdasarkan prinsip yang telah diuji secara ilmiah. Siegel salah satu ahli yang menentang bahwa teori instruksional diperoleh dari teori belajar “ selengkapnya yang harus dipatuhi bahwa keberhasilan belajar dinyatakan karena berhasilnya instuksi (pengajaran). Gordon, 1968 mendefinisikan bahwa teori iinstruksional lebih luas dan banyak diterima, bahwa serangkaian pernyataan didasari dengan penelitian yang dapat dijawab atau ditemukan jawabanya akan menjadi suatu yang dapat meramalkan perubahan yang khusus didalam lingkungan pendidikan. Pertentangan tersebut membutuhkan jalan tengah antara peneliti psikologi dengan praktisi pendidikan. Para ahli mendukung kesepakatan akan perbaikan dasar dari praktek pendidikan, yang sesuai dengan masukan dari kolaborasi berbagai ahli professional. Para ahli sering menggambarkan penelitian tersebut dan proses perkembangannya benar-benar membutuhkan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Motivasi Belajar Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya adalah tidak sama dan biasanya bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Secara umum beberapa faktor yang dapat memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang. Adapun perbedaannya adalah perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya. Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain serta perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Sedangkan stimulus motivasi belajar terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu, pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Adapun tips meningkatkan motivasi belajar adalah bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar, belajar apapun, belajar dari internet, bergaullah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positip. Menurut William A. Ward Resep sukses: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap. Sukses dalam Belajar Adapun faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar adalah lingkungan sekitar, sarana belajar dan cara belajar. Lingkungan sekitar terdiri dari orangtua, guru dan teman. Sarana belajar harus tersedia seperti tersedianya buku yang berkualitas, suasana tempat belajar, alat bantu komputer dan koneksi internet. Sedangkan cara belajar adalah belajar sedikit demi sedikit dan membaca cepat “spead reading”. Satu ungkapan terkenal dari Bill Gates, pendiri Microsoft adalah “You do it bit by bit”. Bill Gates mengungkapkan itu itu untuk menjelaskan proses pembuatan program komputer. Pembuatan program adalah proses yang memakan waktu yang panjang yang tidak bisa dilakukan seketika yang memerlukan energi besar dan pikiran yang mendalam untuk menyelesaikannya. Ungkapan itu bisa juga diterapkan dalam proses belajar. Pada umumnya siswa-siswa masih terbiasa dengan belajar pada saat-saat akhir, sehari sebelum ulangan. Tidak mengherankan bila prestasi belajarnya juga tidak terlalu baik. Dalam belajar kita juga memerlukan teknologi dalam pendidikan. Mantan sekretaris pendidikan negara Amerika, Rod Paige mengatakan, “pendidikan adalah sektor industri yang masih memperdebatkan kegunaan teknologi”. Bill Gates, pendiri Microsoft mengatakan dalam bukunya, The Road Ahead: “Saya selalu peduli tentang pendidikan, tetapi sekarang saya seorang ayah sehingga saya memberikan pemikiran yang lebih mendalam. Saya melihat dari pengalaman pribadi bagaimana pembelajaran akan meningkat jika alat-alat yang tepat ada di tangan dan bagaimana sulitnya itu ketika alat yang baik dan informasi tidak tersedia. Potensi manusia terbuang ketika siswa-siswi di mana saja – terutama sekali anak-anak, yang secara alamiah mencintai komputer dan interaksi – tidak mempunyai akses ke teknologi informasi yang menjadi barang biasa dalam dunia bisnis yang berpikir ke depan.” Susan Brooks – Young menulis dalam bukunya, Digital-Age Literacy for Teachers: Applying Technology Standards to Everyday Practice: “Hari ini guru-guru harus mendapatkan kenyataan bahwa menyelesaikan tugas-tugas dengan metode tradisional masih bisa berjalan, tetapi ini akan membuat siswa-siswi menjadi dingin. Kenapa? Karena di luar kelas siswa-siswi mempunyai akses ke teknologi yang dapat membuat mereka dapat mengerjakan tugas-tugas yang sama yang lebih masuk akal bagi mereka. Daripada memegang cara lama bagaimana dahulu guru-guru belajar, guru-guru seharusnya memanfaatkan teknologi di dunia nyata dan paling tidak, mencerminkan, kalau tidak memimpin, penggunaan teknologi di kelas.” BOCSoft eQuestion adalah aplikasi manajemen pengetahuan yang dibuat dengan Microsoft® Office oleh BOCSoft sebagai mitra terdaftar Microsoft.BOCSoft eQuestion alat untuk mengumpulkan, meringkas, merangkai ilmu pengetahuan yang metode pembelajarannya melalui gabungan beberapa cara, yaitu, membaca, mendengar, melihat, melatih dan mengulang. Filosofi BOCSoft eQuestion adalah AIM – CURIOSITY – SPEED yaitu bidik apa yang ingin diketahui, tumbuh kembangkan keingintahuan serta dapatkan pengetahuan dengan cepat. BOCSoft eQuestion diperlukan untuk mempercepat belajar, mempercepat pengajaran, menghemat biaya dan waktu serta umpan balik yang cepat. BOCSoft eQuestion juga mempercepat pengajaran bila pengajar telah menyiapkan bahan-bahan yang menarik dan bermutu. Hanya dengan membagikan satu database yang mungkin bisa digunakan untuk satu tahun secara terus menerus dan kemudahan dalam perubahannya maka hal ini akan mempercepat pengajaran karena tidak lagi diharuskan membuat dari awal lagi. Tidak perlu lagi guru harus menulis di depan papan tulis yang pada akhirnya menghabiskan waktu yang berharga yang seharusnya diisi dengan tanya jawab atau berdiskusi. Karena pembelajaran dapat dilakukan secara elektronik maka proses belajar dan mengajar akan menghemat penggunaan kertas, walaupun dalam aplikasi tersedia fasilitas untuk mencetak. Tidak perlu lagi mengumpulkan koleksi soal dalam bentuk kertas yang akan memenuhi rak lemari. Satu database bisa menyimpan maksimal 290.344 pertanyaan dengan besar maksimum 2 GB (gigabyte). Jika satu keping DVD berkapasitas 4 GB maka dalam satu DVD bisa menyimpan 580.688 soal-soal. Jika satu kertas bisa menampung kurang lebih 7 soal maka akan diperlukan 82.955 lembar. Jika kertas berukuran F4 (21,5 cm x 33 cm) beratnya 80 gram/m2 maka beratnya akan kurang lebih sama dengan 555,8 kg atau sama dengan 55 kuintal kertas lebih. Berapa lemari yang harus disiapkan untuk menyimpan kertas-kertas tersebut? BOCSoft eQuestion dapat diterapkan dalam pendidikan khususnya para pencipta (pembuat), pemakai serta para pembuat dan pemakai. Bahkan dapat dibuat langsung di rumah, di sekolah dan pada perusahaan. BOCSoft eQuestion diciptakan untuk para siswa, orangtua, guru pembimbing, guru disekolah, pengarang buku maupun departemen sumber daya mnusia pada sebuah perusahaan. Adapun perbedaan BOCSoft eQuestion dengan metode/media pembelajaran lainnya adalah terletak pada kesederhanaan dalam pemakaian, mempunyai beberapa versi dengan harga yang terjangkau serta adanya dukungan. Motivasi Mengubah Keadaan Semenjak Daniel Golemen menggagasnya dalam karya fenomenal bertajuk Emotional Intelligence, kini makin diyakini pentingnya makna kecerdasan emosional dalam merajut kanvas kehidupan yang dilimpahi oleh kesuksesan dan kebahagiaan. Kecerdasan intelektual ternyata hanya separo dari sebuah perjalanan. Ia mesti juga dilengkapi dengan kecerdasan emosional (dan juga kecerdasan spiritual) agar kita semua bisa menggapai hidup yang penuh arti kemuliaan. Secara eksploratif, kecerdasan emosional sendiri pada dasarnya merujuk pada dua dimensi kunci yang mesti kita praktekkan dengan penuh kesempurnaan. Dimensi yang pertama adalah tentang dunia intra-personal – atau sebuah dunia sunyi untuk melihat dengan penuh kebeningan relung diri kita sendiri. Dimensi yang kedua adalah tentang dunia inter-personal – atau sebuah dunia dengan mana kita menghamparkan berderet perjumpaan dengan orang lain. Knowing yourself is the beginning of all wisdom, demikian filsuf Aristoteles pernah bersenandung. Maknanya jelas : kita tak akan pernah mampu mengenggam buah kebajikan tanpa kemampuan untuk secara jernih dan jujur menelisik setiap sudut raga dan jiwa kita. Kemampuan untuk secara bening menelusuri segenap jejak kelebihan dan potensi yang ada pada diri kita; dan juga sekaligus mau mengakui kekurangsempurnaan yang ada dalam diri kita dengan penuh kelapangan dada. Dengan kesadaran-diri yang kokoh itulah, kita kemudian bergerak maju merajut self-esteem dengan optimal. Self-esteem sendiri bermakna tumbuh-mekarnya rasa respek pada diri sendiri – tanpa harus tergelincir menjadi arogan atau takabur. Sebaliknya, self esteem ini lebih mewujud pada tumbuhnya rasa bangga (self-pride) atas jati diri kita dan juga terhadap segenap jejak karya dan impian yang tengah ingin anda ukir. Tanpa self-respect yang kuat, kita tak akan pernah mampu membangun respek pada orang lain. Dan tanpa self-esteem yang menjejak dengan kokoh, kita tak akan pernah melenting menjadi insan yang unggul, penuh kemuliaan dan bermartabat. Dimensi kedua dari kecerdasan emosional berkaitan dengan dimensi inter-personal atau dunia tentang jalinan interaksi dengan orang lain (others). Disini terdapat dua elemen kunci yang juga layak diperhatikan, yakni elemen interaksi antar manusia dan elemen empati. Kecerdasan emosional pada akhirnya amat berkaitan dengan ketrampilan kita dalam merajut relasi dengan orang lain (interpersonal relationship). Disitulah kemudian kita diuji untuk selalu bisa merekahkan pola relasi yang santun, penuh rasa respek dan saling-menghargai, serta dilimpahi spirit untuk berbuat baik kepada sesama. Disini pula kita diajak untuk selalu mampu menghadirkan rajutan komunikasi yang konstruktif dan suportif, dan bukan pola komunikasi yang dipenuhi rasa kedengkian dan negative thinking lainnya. Kita tahu, segenap kecerdasan semacam diatas hanya bisa digelarkan jika kita juga diguyur oleh spirit empati yang kuat. Inilah sebuah sikap untuk mau memahami dan menghargai perasaan orang lain. Sebuah sikap untuk juga mau bersikap welas asih pada sesama. Sebuah sikap untuk selalu menghadirkan momen perjumpaan yang penuh keramahan, menebar kebaikan kepada sesama tanpa pamrih, dan menyodorkan jabat tangan erat dalam balutan rasa cinta dan empati. Demikianlah empat tema utama yang menaungi makna kecerdasan emosional – yakni dimensi self awareness, self esteem, interpersonal relations dan empathic understanding. Simpulan Bahwa antara psikologi belajar dan motivasi belajar memiliki bagian yang integral dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang. Pemahaman kita tentang psikologi belajar akan menyadarkan kita bahwa pertumbuhan dan semangat belajar hanya bisa dilakukan jika orang-orang atau siswa memiliki keinginan yang kuat untuk maju. Semangat dan motivasi belajar yang tinggi akan selalu mampu mengubah prediksi dan keadaan. Ibarat bermain sepakbola tim underdog mampu mempecundangi tim tangguh dengan motivasi berlatih dan berlatih untuk menjadi yang terbaik. Penerapan teknologi dalam pembelajaran sangat membantu untuk mensukseskan siswa maupun para pembelajar. Semoga sekelumit karya tulis ini dapat memberikan kontribusi positip dalam peningkatan motivasi belajar. (dihimpun dan disarikan dari berbagai sumber-sumber relevan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar