Sabtu, 04 Agustus 2012

TEORI PEMBELAJARAN BANDURA DAN IMPLEMENTASINYA

TEORI PEMBELAJARAN BANDURA DAN IMPLEMENTASINYA Oleh: NELSON SIHALOHO Pada tahun 1941, Miller dan Dollard telah mencanangkan bahwa teori pembelajaran dan peniruan yang menolak anggapan teori tingkah laku tradisional. Hal itu disebabkan karena teori pembelajaran tersebut gagal untuk mengambil perihal respons baru, dimana prosesnya melambat dalam proses peniruan. Para ahli psikologi behavioris ramai-ramai mengkritik tentang teori tersebut bahkan ada diantara para ahli yang meluaskan pandangan mereka tentang pembelajaran dengan menambah proses- proses kognitif. Albert Bandura dalam teori kognitif sosial, percaya bahwa pandangan ahli teori behavioris tentang pembelajaran meskipun tepat tidak lengkap. Menurut mereka hanya sebahagian saja informasi tentang pembelajaran dan tidak memunculkan aspek- aspek penting terutama pengaruh- pengaruh sosial dalam pembelajaran. Pada tahun 1963, Albert Bandura dan Walters telah menghasilkan buku berjudul “Concept Learning and Personality Development” dimana Bandura mengembangkan teori pembelajaran dengan menjelaskan lebih rinci prinsip pembelajaran perhatian serta peneguhan dalam implementasinya. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Bandura merupakan seorang ahli psikologi yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen “Bobo Doll” yang menunjukkan anak–anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan. Faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif sosial. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Teori Pemodelan Bandura Bandura dan Walters menggunakan sekumpulan anak- anak berusia 3- 6 tahun untuk menjalankan teori dan kajian untuk membuktikan bahwa anak- anak secara keseluruhan meniru model yang diberikan oleh gaya orangtuanya yang agresif. Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada tanggal 4 Desember 1925. Masa kecil dan remaja dihabiskannya di Mundare. Pada tahun 1949 Bandura mendapat pendidikan di University of British Columbia mengambil jurusan psikologi. Memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian Bandura juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik. Kemudian bekerja di Standford University. Bandura banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Selanjutnya pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor kemudian menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahun 1980. Pada tahun 1981, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Dalam teorinya Bandura berpendapat, meskipun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura pada tahun 1986. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Teori pembelajaran sosial menggunakan penjelasan–penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan–penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial “manusia“tidak didorong oleh kekuatan–kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus–stimulus lingkungan. Namun pada dasarnya teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan–lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan dimana lingkungan–lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Mengutip pendapat Kard tahun 1997, bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan yaitu pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain serta pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif. Model ini juga dikuatkan oleh Nur M (1998) dimana diungkapkannya bahwa tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model. Tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “social learning”. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Pada tahun 1971 Bandura kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang. Perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. Bersama Walter (1963) melakukan kajian dan perlakuan terhadap anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Menurut teori belajar sosial, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu perhatian/atensi, mengingat/retensi, reproduksi gerak dan motivasi. “Attention”pada intinya subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality Development” menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari. “Retention” maksudnya adalah subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar. “Reproduction” yaitu setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. “Motivasi” adalah penting dalam pemodelan Albert Bandura karena motivasi merupakan penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Eksperimen dan Implementasinya Eksperimen paling terkenal dari Bandura adalah eksperimen “Bobo Doll” yang menunjukkan anak–anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Adapun jenis-jenis peniruan menurut Albert Bandura adalah peniruan langsung. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Kemudian penurian tidak langsung, adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Peniruan gabungan adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Peniruan seketika merupakan tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Peniruan berkelanjutan adalah tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Menurut Bandura hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemodelan atau teladan harus mempunyai prinsip–prinsip. Prinsip itu adalah tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata–kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat. Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status sosial, keramahan dan kemampuan penting dalam menentukan tingkat imitasi. Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar lainnya sebab lebih menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon ) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak–anak. Selain itu teori Bandura dapat diimplementasikan di sekolah dengan melakukan pemodelan yang lebih selektif. Intinya pemodelan yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi siswa dapat diterapkan di sekolah sehingga hal-hal positif dapat dilakukan secara berulang-ulang. Apabila siswa terus mendapatkan respon pembelajaran sosial yang berkelanjutan dan bermakna maka model atau teori pembelajaran Bandura dapat diimplementasikan disekolah untuk menumbuhkembangkan sikap-sikap positif khususnya dalam pemodelan atau memperkenalkan tokoh-tokoh penting yang perlu diteladani. (dihimpun dari berbagai sumber-sumber relevan). TULISAN INI TELAH DIMUAT PADA MAJALAH TEGAS

1 komentar:

  1. bagaimana jika metode pembelajaran sudah disusun secara apik,
    namun kesiapan peserta/siswa tidak optimal.

    BalasHapus