Soft Skill Kunci Sukses Menghadapi Era Globalisasi
Oleh: Nelson Sihaloho
Dalam tataran perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini kita dihadapkan pada suatu era globalsiasi. Suatu era yang
sering disebut dengan era kompetisi diberbagai bidang. Teknologi yang
berkembang demikian pesat seakan-akan telah melampaui prediksi maupun
ramalan-ramalan para pakar-pakar teknologi. Setiap hari selalu saja ilmu dan
teknologi yang berkembang sehingga menyebabkan kita berdecak kagum bahkan
semakin pesimis dengan teknologi-teklnologi yang ada. Produk-produk teknologi
instan pun kini semakin bertaburan dan membanjiri pasaran.
Sebagaimana kita ketahui softskill merujuk kepada indikator seperti
kreativitas, sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas personal
yang berada di balik prilaku seseorang.
Menurut Berthal
mendefinisikan kualitas personal adalah,“personal
and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g.
coaching, team, building, decision making, initiative). Soft skill, such as
financial, computer or assembly skills”.
Hasil penelitian Harvard
University, Amerika
Serikat (AS) mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill),
tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan
hanya ditentukan sekitar 20 % dengan hard skill dan
sisanya 80 % dengan soft skill.
Buku Neff dan Citrin (1999) yang berjudul “Lesson From The Top” yang memuat sharing dan wawancara 50 orang
tersukses di Amerika mengtaakan bahwa mereka sepakat yang paling menentukan
kesuksesan bukanlah keterampilan teknis melainkan kualitas diri yang termasuk
dalam keterampilan lunak (softskills)
atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills).
Bagaimana dengan pendidikan kita? Kita dihadapkan pada era milenium ke tiga
dengan julukan abad 21. Dalam konteks ini pendidikan kita menghadapai tantangan cukup berat.
Keberhasilan sektor pendidikan kita sebenarnya tergantung pada soft skill yaitu
suatu proses memanusiakan manusia dengan mengembangkan seluruh potensi dan
bakat yang dimiliki oleh peserta didik.
Berbicara masalah mendidik peserta didik sudah barang tentu beragam bentuk
dan sifat, perilaku peserta didik akan dihadapi oleh guru. Para peserta didik
yang dididik dalam lembaga sekolah harus dibekali dengan ilmu pengetahuan
sehingga kelak jika mereka kembali ke masyarakat dituntut untuk mampu
memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Disinilah letak pentingnya pengembangan soft skill dan life skill
diberikanterhadap peserta didik dalam proses pembelajaran (PBM). Berbagai hasil penelitian menunjukkan sekitar 60 persen keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup
dipengaruhi oleh soft skill seperti kemampuan bekerja secara kolaborasi, berkomunikasi dengan jelas. Sementara kompetensi pengetahuan (kognitif) hanya berpengaruh sekitar 30
persen. Itulah sebabnya mengapa pengembangan
soft skill / life skill sangat
penting diterapkan dalam
pendidikan.
Dalam konteks
pembelajaran dikenal ada beragam jenis ketrapilan dalam kurikulum yang disebut
hard skills, soft skills, dan life skills. Hard skill antara lain berbentuk
ilmu pengetahuan umum, khusus, teknologi, dan model rancangan. Sementara soft
skills antara lain berupa ketrampilan yang menyangkut komonikasi, kerjasama,
kreatifitas, prakarsa, dan ketrampilan emosional. Sedangkan science skills
meliputi keahlian dalam berfikir ilmiah dan ketrampilan dalam proses sebagai
unsur pokok yang dibutuhkan dalam penelitian ilmiah.
Ada apa dengan Soft Skill?
Soft skills sering dikaitkan dengan EQ (Emotional Intelegence Quotient) yang merupakan suatu kumpulan
karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan
pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain.
Soft melengkapi ketrampilam ketrampilan keras /hard (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan pekerjaan
dan kegiatan lainnya.
Sedangkan hard skills/ ketrampilan keras
mewakili persyaratan minimum yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
dan merupakan layar pertama yang majikan gunakan untuk mengidentifikasi pelamar
yang memenuhi syarat untuk posisi yang dibutuhkan. Soft skills/ ketrampilan
lunak, yang saling melengkapi, ketrampilan mungkin mencakup kesediaan untuk
bekerjasama, kepemimpinan, kreatvitas, komunikasi, presentasi dan
keyakinan.
Satori(2002) menyatakan life skills meliputi tiga ketrampilan utama
yaitu ketrampilan dasar yaitu
kerampilan berkomunikasi lisan, membaca, penguasaan dasar-dasar berhitung,
ketrampilan menulis. Ketrampilan
berfikir tingkat tinggi yaitu ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan
belajar, ketrampilan berfikir kreatif dan inovatif, ketrampilan membuat
keputusan serta karakter dan
ketrampilan afektif yaitu tanggung jawab, sikap positif terhadap pekerjaan,
jujur, hati-hati, teliti dan efisien, hubungan antar pribadi, kerjasama dan
bekerja dalam tim, percaya diri danmemiliki sikappositif terhadap diri sendiri,
penyesuaian diri dan fleksibel, penuh antusias dan motivasi, mampu bekerja
mandiri tanpa pengawasan orang lain.
Karena itu sotf skill, hard skill dan life
skill harus berjalan seiring
diterapkan disekolah sehingga peserta didik menjadi orang yang sukses. Pentingnya
pengembangan soft skil dan life skills terhadap peserta didik, karena banyak
lulusan sekolah yang tidak mampu mengaplikasikan ilmu mereka di masyarakat.
Soft skill adalah hal yang bersifat, halus dan meliputi keterampilan
psikologis, emosional dan spiritual. Hasil penelitian berbagai sumber menunjukkan bahwa kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20 % oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft
skill.
Pengembangan
soft skill memilik 3 tahap penting. Pertama, hard work (kerja keras) berfungsi untuk memaksimalkan kinerja. Kemudian kemandirian, agar siswa mandiri, responsif, percaya diri dan
berinisiatif. Sedangkan yang
terakhir adalah kerja sama tim..
Soft skill sebenarnya merupakan
pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan
emosional (emotional intelligence).
Howard ( 1985). Menyatakan secara garis besar soft skill
bisa digolongkan ke dalam dua
kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal skill.
Intrapersonal skill mencakup self
awareness (kesadaran diri) yaitu sSelf
confident (percaya diri), self
assessment (penilaian diri), trait
& preference ( berkarakter dan preferensi ), emotional awareness ( kesadaran emosional ). Kemudian
self skill (keterampilan diri) tediri dari improvement (kemajuan/perbaikan), self control (kontrol diri), trust (percaya), worthiness (bernilai), time/source management (manajemen waktu/sumber), proactivity (proaktif) dan conscience (hati nurani).
Sedangkan
interpersonal skill mencakup social
awareness (kesadaran sosial) yaitu political
awareness (kesadaran politik), developing
others (mengembangkan orang lain), leveraging
diversity (pengaruh yang berbeda), service
orientation ( berorientasi pada pelayanan) dan emphaty (empati). Social
skill ( keterampilan sosial )
terdiri dari leadership (kepemimpinan), influence ( pengaruh),
communication (komunikasi), conflict
management (manajemen konflik), cooperation
( kooperatif), team work dan synergy.
Adapun soft skill yang perlu diasah dapat
dikelompokkan ke dalam enam kategori yaitu komunikasi lisan dan tulisan
(communication skill), keterampilan berorganisasi (organizational skill),
kepemimpinan (leadership), kemampuan berfikir kreatif dan logis (logic dan
creative), ketahanan menghadapi tekanan (effort), kerja sama tim dan
interpersonal (group skill) dan etika kerja (ethics)
Dari penelitian
yang dilakukan oleh Daniel Golleman (1995) menyatakan bahwa kebanyakan CEO di
dunia memiliki Emotional Intelligence yang tinggi. Kemampuan mereka dalam
mengelola pekerjaan dan orang lain menjadi kombinasi unik yang luar biasa. Salah satu cara mengasah soft skill pada
siswa adalah melalui pembelajaran Character
Building di sekolah.
Pembentukan karakter menjadi sebuah jalan setapak yang dapat digunakan untuk
membentuk insan yang prima sehingga diharapkan dapat memiliki soft skill yang
prima. Pendidikan berdimensi
character buiding ini memiliki enam pilar dalam penerapannya. Keenam pilar itu adalah Respect,
Responsibility, Fairness, Caring dan Citizenship.
Makin Kompleks
Saat ini sektor pendidikan dihadapkan pada
persoalan yang semakin kompleks. Tuntutan akan hasil pendidikan yang bermutu,
berkualitas dan memiliki daya saing selalu menjadi tuntutan utama yang
menghiasi diberbagai media di tanah air. Satu sisi ketika diterapkan aturan
baru tentang sistem pendidikan selalu dinilai “miring” bahkan sering dianggap
“negatif”.
Tatkalan tuntutan akan anggaran pendidikan dan
tunjangan kesejahteraan guru agar dianggarkan lebih memadai selalu dihadapkan
pada jalan berliku yang panjang. Disisi lain kita harus bergerak cepat untuk
mengejar ketertinggalan kita dengan bangsa-bangsa lain. Fenomena ini sering
menjadi faktor penghambat dalam berbagai upaya peningkatan mutu dan kualitas
pendidikan di negeri ini.
Meski demikian kita tidak perlu berkecil hati
dengan berbagai fenomena dan masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan kita.
Disadari atau tidak pada akhirnya kembali kepada akra persoalan yang
sesungguhnya. Jika kita memang berkeinginan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan di negeri ini pemerintah harus memiliki “need political”
yang kuat untuk mengurangi semua persoalan dan hambatan-hambatan yang terjadi
dalam pendidikan kita.
Penerapan soft skill pada lembaga pendidikan
khususnya pendidikan karakter akan semakin menunjukkan integritas bangsa
ditengah-tengah percaturan era global. Indonesia tidak perlu takut dengan era
persaingan global. Kita harus mengembangkan seluruh potensi budaya bangsa mulai
dari Sabang hingga Merauke. Pemerintah bersama masyarakat harus meminimalisir
semua persoalan-persoalan yang muncul. Keberagaman bukanlah sesuatu yang
menjadi ancaman jika kita benar-benar menghayati “Bhineka Tunggal Ika” tetapi
menjadi potensi luar biasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dimana potensi
budayanya yang begitu kaya akan menjadikan bangsa kita memiliki karakter yang
tangguh.
Diakui oleh berbagai kalangan bahwa pendidikan dan
kebudayaan merupakan bagian yang integral dan tidak bisa dipisahkan antara satu
dengan yang lain. Dimana ada kegiatan pendidikan sudah pasti ada kegiatan budaya. Pendidikan
dan kebudayaan harus menjadi inspirasi para peserta didik untuk mengembangkan
soft skill. Dengan melakukan penerapan soft skill dalam proses belajar mengajar
akan menghasilkan manusia-manusia yang berkarakter. Building Character apabila
diberdayakan akan menjadi potensi yang luar biasa terhadap perkembangan
kemajuan suatu bangsa. Kelak bangsa Indonesia jika mampu mengembangkan soft
skill ini tidak menutup kemungkinan akan menjadi bangsa yang memiliki income
yang luar biasa sepanjang semua persoalan dan hambatan-hambatan yang
mempertentangkan keberagaman dapat diakomodasi dalam suatu konteks pengembangan
keberagaman budaya dalam bingkai budaya nusantara.
Perlu diselenggarakan suatu event pementasan
keberagaman budaya Indonesia menjadi event
Budaya Nusantara setiap tahun
sebagai “Calender of Event”. Semoga pengembangan soft skill dalam pendidikan
berbasis budaya akan semakin memperkokoh bangsa Indonesia memiliki karakter
tangguh. ( disarikan dari berbagai sumber).
Merkur 15c Safety Razor - Barber Pole - Deccasino
BalasHapusMerkur titanium ring 15C Safety Razor - goyangfc Merkur https://deccasino.com/review/merit-casino/ - 15C for Barber Pole is the perfect introduction to the Merkur Safety sol.edu.kg Razor. septcasino