Kamis, 01 Desember 2011

SOFT SKILL


Soft Skill Kunci Sukses Menghadapi Era Globalisasi

Oleh: Nelson Sihaloho


Dalam tataran perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini kita dihadapkan pada suatu era globalsiasi. Suatu era yang sering disebut dengan era kompetisi diberbagai bidang. Teknologi yang berkembang demikian pesat seakan-akan telah melampaui prediksi maupun ramalan-ramalan para pakar-pakar teknologi. Setiap hari selalu saja ilmu dan teknologi yang berkembang sehingga menyebabkan kita berdecak kagum bahkan semakin pesimis dengan teknologi-teklnologi yang ada. Produk-produk teknologi instan pun kini semakin bertaburan dan membanjiri pasaran.
Sebagaimana kita ketahui softskill merujuk kepada indikator seperti kreativitas, sensitifitas, intuisi yang lebih terarah pada kualitas personal yang berada di balik prilaku seseorang.
Menurut Berthal mendefinisikan kualitas personal adalah,“personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team, building, decision making, initiative). Soft skill, such as financial, computer or assembly skills”.
Hasil penelitian Harvard University, Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill).  Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 % dengan hard skill dan sisanya 80 % dengan soft skill.
Buku Neff dan Citrin (1999) yang  berjudul “Lesson From The Top”  yang memuat sharing dan wawancara 50 orang tersukses di Amerika mengtaakan bahwa mereka sepakat yang paling menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis melainkan kualitas diri yang termasuk dalam keterampilan lunak (softskills) atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills).
Bagaimana dengan pendidikan kita? Kita dihadapkan pada era milenium ke tiga dengan julukan abad 21. Dalam konteks ini pendidikan kita  menghadapai tantangan cukup berat. Keberhasilan sektor pendidikan kita sebenarnya tergantung pada soft skill yaitu suatu proses memanusiakan manusia dengan mengembangkan seluruh potensi dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik.
Berbicara masalah mendidik peserta didik sudah barang tentu beragam bentuk dan sifat, perilaku peserta didik akan dihadapi oleh guru. Para peserta didik yang dididik dalam lembaga sekolah harus dibekali dengan ilmu pengetahuan sehingga kelak jika mereka kembali ke masyarakat dituntut untuk mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Disinilah letak pentingnya pengembangan soft skill dan life skill diberikanterhadap peserta didik dalam proses pembelajaran (PBM). Berbagai hasil penelitian  menunjukkan sekitar 60 persen keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup dipengaruhi oleh soft skill seperti kemampuan bekerja secara kolaborasi, berkomunikasi dengan jelas. Sementara kompetensi pengetahuan (kognitif) hanya berpengaruh sekitar 30 persen. Itulah sebabnya mengapa pengembangan soft skill / life skill sangat penting diterapkan  dalam pendidikan.
Dalam konteks pembelajaran dikenal ada beragam jenis ketrapilan dalam kurikulum yang disebut hard skills, soft skills, dan life skills. Hard skill antara lain berbentuk ilmu pengetahuan umum, khusus, teknologi, dan model rancangan. Sementara soft skills antara lain berupa ketrampilan yang menyangkut komonikasi, kerjasama, kreatifitas, prakarsa, dan ketrampilan emosional. Sedangkan science skills meliputi keahlian dalam berfikir ilmiah dan ketrampilan dalam proses sebagai unsur pokok yang dibutuhkan dalam penelitian ilmiah.
Ada apa dengan Soft Skill?
Soft skills sering dikaitkan dengan EQ (Emotional Intelegence Quotient) yang merupakan suatu kumpulan karakter kepribadian, rahmat sosial,  komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft melengkapi ketrampilam ketrampilan keras /hard (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan pekerjaan dan kegiatan lainnya.
Sedangkan hard skills/ ketrampilan keras mewakili persyaratan minimum yang diperlukan  untuk melakukan pekerjaan dan merupakan layar pertama yang majikan gunakan untuk mengidentifikasi pelamar yang memenuhi syarat untuk posisi yang dibutuhkan. Soft skills/ ketrampilan lunak, yang saling melengkapi, ketrampilan mungkin mencakup kesediaan untuk bekerjasama, kepemimpinan, kreatvitas, komunikasi, presentasi  dan keyakinan.
Satori(2002) menyatakan  life skills meliputi tiga ketrampilan utama yaitu ketrampilan dasar yaitu kerampilan berkomunikasi lisan, membaca, penguasaan dasar-dasar berhitung, ketrampilan menulis. Ketrampilan berfikir tingkat tinggi yaitu ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan belajar, ketrampilan berfikir kreatif dan inovatif, ketrampilan membuat keputusan serta karakter dan ketrampilan afektif yaitu tanggung jawab, sikap positif terhadap pekerjaan, jujur, hati-hati, teliti dan efisien, hubungan antar pribadi, kerjasama dan bekerja dalam tim, percaya diri danmemiliki sikappositif terhadap diri sendiri, penyesuaian diri dan fleksibel, penuh antusias dan motivasi, mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain.
Karena itu sotf skill, hard skill dan life skill harus berjalan seiring diterapkan disekolah sehingga peserta didik menjadi orang yang sukses.  Pentingnya pengembangan soft skil dan life skills terhadap peserta didik, karena banyak lulusan sekolah yang tidak mampu mengaplikasikan ilmu mereka di masyarakat. Soft skill adalah hal yang bersifat, halus dan meliputi keterampilan psikologis, emosional dan spiritual. Hasil penelitian berbagai sumber menunjukkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 % oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.
Pengembangan soft skill memilik 3 tahap penting. Pertama, hard work (kerja keras) berfungsi untuk memaksimalkan kinerja. Kemudian kemandirian, agar siswa mandiri, responsif, percaya diri dan berinisiatif. Sedangkan yang terakhir adalah kerja sama tim..
Soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence).
Howard ( 1985). Menyatakan secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori  yaitu  intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup self awareness (kesadaran diri) yaitu sSelf confident (percaya diri), self assessment (penilaian diri), trait & preference ( berkarakter dan preferensi ), emotional awareness ( kesadaran emosional ). Kemudian  self skill (keterampilan diri) tediri dari improvement (kemajuan/perbaikan), self control (kontrol diri), trust (percaya), worthiness (bernilai), time/source management (manajemen waktu/sumber), proactivity (proaktif) dan conscience (hati nurani).
Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (kesadaran sosial) yaitu political awareness (kesadaran politik), developing others (mengembangkan orang lain), leveraging diversity (pengaruh yang berbeda), service orientation ( berorientasi pada pelayanan) dan emphaty (empati). Social skill ( keterampilan sosial ) terdiri dari leadership (kepemimpinan), influence ( pengaruh), communication (komunikasi), conflict management (manajemen konflik), cooperation ( kooperatif), team work dan synergy.
Adapun soft skill yang perlu diasah dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori yaitu komunikasi lisan dan tulisan (communication skill), keterampilan berorganisasi (organizational skill), kepemimpinan (leadership), kemampuan berfikir kreatif dan logis (logic dan creative), ketahanan menghadapi tekanan (effort), kerja sama tim dan interpersonal (group skill) dan etika kerja (ethics)
Dari penelitian yang dilakukan oleh Daniel Golleman (1995) menyatakan bahwa kebanyakan CEO di dunia memiliki Emotional Intelligence yang tinggi. Kemampuan mereka dalam mengelola pekerjaan dan orang lain menjadi kombinasi unik yang luar biasa. Salah satu cara mengasah soft skill pada siswa adalah melalui pembelajaran Character Building di sekolah. Pembentukan karakter menjadi sebuah jalan setapak yang dapat digunakan untuk membentuk insan yang prima sehingga diharapkan dapat memiliki soft skill yang prima. Pendidikan berdimensi character buiding  ini memiliki enam pilar dalam penerapannya. Keenam pilar itu adalah Respect, Responsibility, Fairness, Caring dan Citizenship.
Makin Kompleks
Saat ini sektor pendidikan dihadapkan pada persoalan yang semakin kompleks. Tuntutan akan hasil pendidikan yang bermutu, berkualitas dan memiliki daya saing selalu menjadi tuntutan utama yang menghiasi diberbagai media di tanah air. Satu sisi ketika diterapkan aturan baru tentang sistem pendidikan selalu dinilai “miring” bahkan sering dianggap “negatif”.
Tatkalan tuntutan akan anggaran pendidikan dan tunjangan kesejahteraan guru agar dianggarkan lebih memadai selalu dihadapkan pada jalan berliku yang panjang. Disisi lain kita harus bergerak cepat untuk mengejar ketertinggalan kita dengan bangsa-bangsa lain. Fenomena ini sering menjadi faktor penghambat dalam berbagai upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini.
Meski demikian kita tidak perlu berkecil hati dengan berbagai fenomena dan masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan kita. Disadari atau tidak pada akhirnya kembali kepada akra persoalan yang sesungguhnya. Jika kita memang berkeinginan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini pemerintah harus memiliki “need political” yang kuat untuk mengurangi semua persoalan dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pendidikan kita.
Penerapan soft skill pada lembaga pendidikan khususnya pendidikan karakter akan semakin menunjukkan integritas bangsa ditengah-tengah percaturan era global. Indonesia tidak perlu takut dengan era persaingan global. Kita harus mengembangkan seluruh potensi budaya bangsa mulai dari Sabang hingga Merauke. Pemerintah bersama masyarakat harus meminimalisir semua persoalan-persoalan yang muncul. Keberagaman bukanlah sesuatu yang menjadi ancaman jika kita benar-benar menghayati “Bhineka Tunggal Ika” tetapi menjadi potensi luar biasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dimana potensi budayanya yang begitu kaya akan menjadikan bangsa kita memiliki karakter yang tangguh.
Diakui oleh berbagai kalangan bahwa pendidikan dan kebudayaan merupakan bagian yang integral dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Dimana ada kegiatan pendidikan sudah pasti ada kegiatan budaya. Pendidikan dan kebudayaan harus menjadi inspirasi para peserta didik untuk mengembangkan soft skill. Dengan melakukan penerapan soft skill dalam proses belajar mengajar akan menghasilkan manusia-manusia yang berkarakter. Building Character apabila diberdayakan akan menjadi potensi yang luar biasa terhadap perkembangan kemajuan suatu bangsa. Kelak bangsa Indonesia jika mampu mengembangkan soft skill ini tidak menutup kemungkinan akan menjadi bangsa yang memiliki income yang luar biasa sepanjang semua persoalan dan hambatan-hambatan yang mempertentangkan keberagaman dapat diakomodasi dalam suatu konteks pengembangan keberagaman budaya dalam bingkai budaya nusantara.
Perlu diselenggarakan suatu event pementasan keberagaman budaya Indonesia menjadi event  Budaya  Nusantara setiap tahun sebagai “Calender of Event”. Semoga pengembangan soft skill dalam pendidikan berbasis budaya akan semakin memperkokoh bangsa Indonesia memiliki karakter tangguh. ( disarikan dari berbagai sumber).

1 komentar:

  1. Merkur 15c Safety Razor - Barber Pole - Deccasino
    Merkur titanium ring 15C Safety Razor - goyangfc Merkur https://deccasino.com/review/merit-casino/ - 15C for Barber Pole is the perfect introduction to the Merkur Safety sol.edu.kg Razor. septcasino

    BalasHapus