Kamis, 17 Januari 2013
Analisis Kemampuan Siswa SMPN 11 Jambi Lolos Finalis Dalam Lomba LPIR Melalui Shared Learning
Analisis Kemampuan Siswa SMPN 11 Jambi
Lolos Finalis Dalam Lomba LPIR Melalui Shared Learning
Oleh: Nelson Sihaloho*).
Abstrak:
Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) tingkat SMP merupakan suatu ajang kompetisi karya ilmiah remaja dimana kesempatan terbuka untuk seluruh siswa SMP se Indonesia. Kegiatan LPIR merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam memotivasi siswa, guru dan sekolah agar berperan mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan hasil analisis seleksi pemilihan siswa secara acak bahwa kemampuan siswa SMPN 11 Kota Jambi dalam mengikuti kegiatan LPIR untuk lolos menjadi finalis sangat tidak berbeda nyata dengan sekolah-sekolah lainnya di Indonesia.
Dalam mengikuti kegiatan LPIR SMPN 11 Kota Jambi memerlukan suatu terobosan baru agar mampu berprestasi sejajar dengan sekolah-sekolah lain di Indonesia yang telah berhasil meriah medali.
Kata Kunci: Analisis, Kemampuan dan Penelitian Ilmiah
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Peran siswa, guru, sekolah dalam LPIR secara signifikan cukup baik terbukti dengan jumlah naskah karya yang masuk ke panitian LPIR setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Direktorat Pembinaan SMP (2012) pada tahun 2006 naskah yang diterima oleh panitia sebanyak 754 naskah, 2007 sebanyak 1134 naskah, 2008 sebanyak 1051 naskah, 2009 sebanyak 1352 naskah.
Pada tahun 2010 jumlah naskah yang masuk ke pihak panitia sebanyak 1105 naskah, tahun 2011 sebanyak 1.113 naskah serta pada tahun 2012 sebanyak 848 naskah dimana pada tahun 2012 pelaksanaannya di Hotel Aria Barito Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak dilaksanakannya kegiatan LPIR tahun 2006, SMP Negeri 11 Kota Jambi terus mengikuti kegiatan ini dengan mengirimkan naskah-naskah hasil penelitian siswa ke Direktorat Pembinaan SMP, Dirjenmandikdasmen Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.Banyak hambatan yang dihadapi dalam mengikuti kegiatan LPIR, selain hasil-hasil penelitian harus ajeg, sahih dan valid. Apabila melihat dari sisi waktu memerlukan banyak kegiatan untuk menghimpun hasil-hasil penelitian yang mrmiliki ciri khas, menarik spesifik dan bermanfaat untuk orang banyak.Fakta menunjukkan SMPN 11 Kota Jambi belum optimal dalam mengembangkan iklim penelitian pada lingkup sekolah sehingga pemilihan siswa secara acak menjadi jalan terbaik untuk menunjuk siswa turut berpartisipasi dalam LPIR.Selain itu belum ditemukan korelasi yang signifikan bahwa siswa yang mendapatkan juara (ranking) 1,2 dan 3 pada kelasnya mampu menelorkan karya penelitian. Hal itu menunjukkan bahwa ada ketidaksinkronan antara siswa yang meraih juara pada kelas masing-masing ternyata tidak mampu berkiprah dalam penelitian ilmiah.Semestinya jika merujuk pada peringkat terbaik dikelas masing-masing tentunya para siswa peraih ranking 1,2 dan 3 mampu berbicara pada ajang LPIR. Tidak jarang pula apabila suatu sekolah berhasil meraih juara/medali pada kegiatan LPIR tahun selanjutnya tidak lolos jadi finalis.
Dengan kondisi itu sekolah dengan predikat RSBI sekalipun apabila tidak konsisten dalam melakukan pembinaan dalam penelitian ilmiah akan sulit lolos untuk masuk finalis. Selain peran stakeholder khususnya Dinas Pendidikan masing-masing Kota/Kabupaten khususnya bidang Dikdas dalam memotivasi sekolah sangat diperlukan pada kegiatan LPIR.Sebab pembinaan kesiswaan diluar kegiatan sekolah dalam rangka meningkatkan potensi non akademik siswa akan menjadi tolok ukur suatu sekolah dalam penilaian indikator kinerja kunci tambahan (IKKT).
SMPN 11 Kota Jambi yang bepredikat rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) sejak tahun 2009 baru pada tahun ajaran 2010/2011 melakukan pilot project 1 rombongan belajar (rombel) pada tahun ajaran 2011/2012 (3 rombel) dan tahun ajaran 2012/2013 (4 rombel) serta direncanakan pada tahun ajaran 2013/2014 seluruh siswa kelas VII yang akan diterima adalah kelas RSBI. Kelas RSBI pada TA 2013/2014 semua siswa harus lolos seleksi potensi akademik, tes psikologis dan tes wawancara.
Selain faktor anggaran dan biaya diperlukan suatu teknis pembinaan yang terprogram, terencana dan tepat sasaran kepada siswa sehingga siswa mampu membuat karya-karya penelitian sejak dini. Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan “Menganalisi Kemampuan Siswa SMPN 11 Kota Jambi Lolos Finalis Dalam Kegiatan LPIR”. Menurut hemat penulis topik ini menarik untuk dikaji dan dianalisis.
1.2. Tujuan dan Hasil yang diharapkan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam analisis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Meningkatkan apresiasi siswa, kesadaran siswa, menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, kreatifitas, inovasi, ajang komunikasi kelompok ilmiah remaja (KIR), menumbuhkembangkan suasana kompetitif yang sehat dibidang penelitian. Mengembangkan iklim yang akademis untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam penelitian serta mengembangkan kemampuan siswa SMPN 11 Kota Jambi berkomunikasi secara ilmiah.
Sedangkan hasil yang diharapkan dalam analisis kegiatan ini adalah: Terwujudnya suasana akademis dilingkungan SMPN 11 Kota Jambi melalui peningkatan kreatifitas, kemampuan berkomunikasi secara ilmiah serta terwujudnya sikap ilmiah dan kepedulian terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat. Terwujudnya hasil analisis terhadap karya ilmiah siswa yang terbaik dalam mengikuti ajang LPIR tahun 2013 mendatang.
2. Tinjauan Kepustakaan
Banyak ahli menekankan pentingnya belajar bersama. Belajar bersama memberikan banyak manfaat. Namun kadangkala pendekatan pembelajaran bersama yang lazim disebut Shared Learning (SL) sulit dilakukan.
Sebab selain terkendala dengan waktu, penelitian membutuhkan suatu kondisi yang benar-benar memfokuskan siswa pada bidang yang menjadi subyek penelitiannya. Faktor waktu menjadi sangat urgensial untuk diatasi sebab umumnya siswa-siswi kelas rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) rata-rata pulang pada pukul 15.30 Wib.
SL sebenarnya sangat bermanfaat untuk mendorong terjadinya perubahan sosial melalui pengembangan sikap, cara pandang, pengetahuan, dan ketrampilan dengan tujuan khusus yaitu membangun proses belajar yang lebih partisipatif, proses multipihak untuk perubahan sosial, membangun jaringan serta menjembatani antara realitas dengan kondisi tuntutan-tuntutan ilmiah.
Menurut Wollenberg dkk. (2000), belajar secara interaktif lebih menguntungkan karena adanya tambahan pengetahuan dari orang atau pihak lain. Belajar bersama juga memungkinkan koordinasi dan diperlukan untuk mentransformasikan informasi menjadi pengetahuan baru, mengingat, setidaknya ada dua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Pada sisi lain, disadari, pembelajaran sosial memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak karena harus mempertemukan sejumlah orang beserta buah pemikirannya.
Shared Learning berkembang secara spontan karena menekankan aspek berbagi dan belajar dari pengalaman pembelajar. Dalam kaitan ini pada lingkungan sekolah perlu dikembangkan tanggapan tentang kelemahan dari kegiatan pelatihan penelitian serta siswa perlu diarahkan pada pemahaman atas bahan-bahan yang disajikan oleh guru pembimbimbing LPIR atau nara sumber. Prinsipnya adalah pemerataan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan terhadap semua pihak (levelling the playing field’) serta menyalurkan informasi secara horizontal.
Mengutip pendapat Anderson dan Krathwol hasil belajar peserta didik ditunjukkan oleh penguasaan tiga kompetensi yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan kreativitas.
Dalam penelitian siswa membutuhkan suatu penalaran korelasional. Menuurt Lawson (dalam Nur,1991:7) menyatakan bahwa penalaran korelasional didefinisikan sebagai pola berpikir yang digunakan seorang anak untuk menentukan kuatnya hubungan timbal-balik atau hubungan terbalik antara variabel.
Intinya seseorang yang tergolong dalam operasi formal akan dapat apakah terdapat hubungan antara variabel yang ditinjau dengan variabel lainnya. Penalaran korelasional melibatkan pengidentifikasian dan pengverifikasian hubungan antara variabel.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung demikian cepat, akibatnya tak mungkin lagi seorang guru menyampaikan semua fakta dan konsep kepada siswanya di dalam pelajaran, sehingga siswa harus mampu berpikir mandiri, baik secara konkrit maupun secara abstrak yang disertai dengan penalaran formal.
Siswa dalam hidupnya senantiasa ingin mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada alam sekitarnya, dimana siswa ingin memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Bruner ( dalam Sutawijaya, 1991:3) mengemukakan bahwa setiap individu pada waktu mengalami (mengenal) peristiwa (benda) di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk menyatukan kembali peristiwa (benda) tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa (benda) yang dialaminya (dikenalnya).
Hal tersebut dilakukan menurut urutan tingkatan yaitu tingkat enactive (kegiatan), di mana individu mempunyai benda atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya, tingkat ikonic (gambar, bayangan), dimana individu mengubah, menandai, danmenyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.
Intinyan individu dapat membayangkan kembali (dalam pikirannya) peristiwa (benda) yang telah dialami (dikenalnya) walaupun peristiwa itu tidak lagi berada di hadapannya, dan tingkat simbolik, di mana individu kemudian dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila menjumpai simbol tersebut, bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu dapat dikenalinya kembali.
Tingkatan-tingkatan tersebut menggambarkan tingkat perkembangan intelektual individu yang berlangsung, yang pada akhirnya individu-individu mengalami ketinggalan. Pada tingkat ketiga atau tingkat simbolik, individu mampu memikirkan sesuatu yang abstrak. Dengan kemampuan yang abstrak ini individu dapat menyusun hipotesis dan dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kemampuan ini disebabkan karena manusia mampu melakukan penalaran.
3. Hipotesis Penelitian
Bertitik tolak dari kajian teori maka hipotesis dalam penelitian ini adalah, Terdapat pengaruh positip dan signifikan kemampuan siswa SMP Negeri 11 Kota Jambi lolos finalis LPIR melalui Shared Learning.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1: Data Finalis LPIR SMPN 11 Kota Jambi 2006-2012
No 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Ket
1. 1*)P - 1*)L 1*)L 1*)P 3*)P 7*)P+1L 14 naskah
2. 1 - - 1 - 2 1 5 naskah
3. IPA - - IPA - IPA/IPS IPS IPA dan IPS
Finalis - - Finalis - Finalis Finalis
*): Jumlah naskah yang dikirim (sumber data LPIR SMPN 11 Kota Jambi 6 tahun terakhir)
Pada tahun 2006 sejak pertama kali kegiatan LPIR dilaksanakan SMP Negeri 11 Kota Jambi telah berhasil lolos jadi finalis dpusatkan di Ciawi Bogor Jawa Barat. Menyusul kemudian pada tahun 2009 di Grand Hotel Cempaka Jakarta Pusat, Tahun 2011 di Hotel Solo Paragon Surakarta (Jawa Tengah) dan tahun 2012 di Hotel Aria Barito Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil yang paling menggembirakan adalah pada tahun 2011, SMP Negeri 11 Kota Jambi berhasil meloloskan sebanyak 2 finalis.
4.2 Analisis Hasil
Kemampuan siswa SMP Negeri 11 Kota Jambi pada ajang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kemampuan siswa-siswi lain di seluruh Indonesia baik itu sekolah negeri maupun swasta.
Meskipun pembinaan kegiatan LPIR tingkat sekolah hanya dilakukan model Shared Learning (SL) berdasarkan naskah yang dikirimkan ke Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah (Dirjenmandikdasmen), Direktorat Pembinaan SMP, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan hasil analisis terdapat pengaruh positip dan signifikan kemampuan siswa SMP Negeri 11 Kota Jambi lolos finalis dalam LPIR melalui Shared Learning.
Siswi perempuan mendominasi dan lebih berminat mengikuti kegiatan penelitian apabila dibandingkan dengan siswa laki-laki. Berdasarkan analisa karekateristik kemampuan siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.
Animo siswa SMPN 11 Kota Jambi dalam mengikuti LPIR setiap tahun terus mengalami peningkatan. Terbukti berdasarkan naskah yang dikirimkan selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
4.3.Pembahasan
Model Shared Learing sangat efektif dilakukan apabila waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan tatap muka khususnya melatih siswa dalam penelitian sangat terbatas. Model SL juga sangat efesien selain tidak mengganggu tugas-tugas siswa dalam proses belajar mengajar antara guru pembimbing LPIR dan siswa bisa melakukan “mitra” dalam belajar.
Secara tekhnis guru pembimbing LPIR dapat menyuruh siswa mencari sumber-sumber bahan-bahan penelitian. Kemudian sumber-sumber dan bahan-bahan penelitian yang telah dikumpulkan oleh siswa kemudian dikoreksi dan dipoles sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah.
Saling tukar pengalaman antara guru dan siswa (senior) yang pernah masuk finalis dengan calon peserta LPIR akan lebih membuka khasanah berpikir dan motivasi siswa untuk melakukan penelitian. Efektifitas dan efesiensi hasil penelitian melalui model SL memang kurang optimal. Model SL tanpa memberikan materi tentang penelitian, penerapan dan prakteknya para siswa sering bingung dalam menggarap hasil-hasil penelitiannya.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, siswi perempuan lebih mendominasi dan lebih berminat mengikuti kegiatan LPIR apabila dibandingkan dengan siswa laki-laki. Berdasarkan analisa karekateristik kemampuan siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki termasuk animo siswa SMPN 11 Kota Jambi mengikuti LPIR setiap tahun terus mengalami peningkatan. Hal demikian snagat menggembirakan karena akan menciptakan iklim penelitian pada lingkungan sekolah. Bersdasarkan hasil pengalaman penulis meskipun siswa menduduki peringkat 1,2 dan 3 dikelasnya seringkali tidak berhasil masuk finalis dalam LPIR.
5. Penutup
5.1. Kesimpulan
Kemampuan siswa SMP Negeri 11 Kota Jambi untuk lolos finalis pada kegiatan LPIR sejajar dengan siswa-siswi sekolah lain ditanah air baik itu sekolah negeri maupun swasta.
Model Shared Learning sangat efektif dan efesien dilakukan apabila waktu siswa untuk melakukan penelitian sangat terbatas dan hasilnya kurang maksimal. Animo siswa SMPN 11 Kota Jambi dalam mengikuti ajang LPIR setiap tahun terus menunjukkan peningkatan dan akan lebih menggalakkan budaya meneliti di kalangan siswa.
5.2. Saran
Diperlukan suatu kegiatan terencana, terprogram, anggaran sehingga kegiatan penelitian dalam lingkup sekolah bisa berjalan dengan optimal. Para stakeholders khususnya Dians Pendidikan Kota, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah agar terus mendorong,memotivasi siswa untuk giat dalam melakukan penelitian. (****)
Biodata Penulis
Nama : Drs. Nelson Sihaloho
NIP : 19660306 199512 1 003
Tempat Tanggal Lahir : Karo (Sumut), 6 Maret 1966
Tempat Mengajar : SMP Negeri 11 Kota Jambi
Bidang Studi yang Diajarkan : Bimbingan dan Konseling
Pangkat/Golongan Ruang : Pembina Utama Muda, IV/C
Email : sihaloho11@yahoo.com.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar