Pendidikan dan Globalisasi Ekonomi
Oleh: Nelson Siohaloho
Berbicara masalah sumber daya manusia kunci pokoknya terletak pada pendidikan. Semakin baik mutu dan kualitas pendidikan yang kita berikan kepada peserta didik maka akan semakin baik kualitas sumber daya manusia yang kita hasilkan.
Dalam perspektif ekonomi semua bidang bisa diubah menjadi sumber penghasilan padahal belum tentu pakar ekonomi mampu menghasilkan barang dan jasa. Banyak para pakar-pakar ekonomi meramalkan ekonomi masa depan masuk dalam tataran ekonomi global.
Kadangkala sangat ironis kita membicarakan masalah ekonomi tanpa lebih terlebih dahulu kita melihat secara komprehensif kondisi pendidikan. Globalisasi ekonomi tidak akan berjalan dengan baik apabila semua komponen-komponen dan indikator-indikator yang berhubungan dengan sumber daya manusia (SDM) tidak tersedia.
Semestinya para pakar ekonomi harus melihat secara konseptual dan mendasar tentang SDM-SDM bangsa ini sebelum kita berbicara globalisasi ekonomi. Pendidikan sebagai faktor kunci pokok dalam mempersiapkan SDM dalam globalisasi ekonomi selain sebagai pilar utama dan pionir juga sebagai lembaga yang secara terus menerus mempersiapkan generasi-generasi berkelanjutan.
Saat pendidikan kita kekurangan dana, para pakar-pakar ekonomi, politik, teknologi, sosial dan lain sebagainya sibuk dengan urusannya. Kita tidak perlu heran kalau uang atau kapital selalu menjadi nomor satu dalam kehidupan. Dari sisi pendidikan ilmu pengetahuan alam dan sosial merupakan dua induk ilmu yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Teknologi adalah ilmu yang berkembang kemudian. Intinya teknologi tidak akan berkembang tanpa ilmu pengetahuan dan sosial.
Menyikapi persoalan itu pendidikan sebagai human invesment harus ditempatkan pada koridor utama dalam mengarungi memperhatikan perkembangan dunia yang semakin mengglobal untuk meningkatkan daya saing. Para pakar ekonomi cenderung berpikir bahwa peningkatan daya saing antara lain dapat ditempuh dengan meningkatkan efisiensi perekonomian melalui penghapusan berbagai hambatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Dalam konteks jangka panjang adalah untuk mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan (sustainable development), diperlukan peningkatan produktivitas nasional secara terus-menerus. Dua unsur utama yang berpengaruh pada peningkatan produktivitas adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pengembangan sumber daya manusia.
Munculnya berbagai krisis ekonomi selama beberapa
tahun belakangan ini karena semua negara-negara didunia memiliki pola pikir
ekonomi. Pembangunan ekonomi suatu negara yang dibangun dengan
kokoh selama berpuluh-puluh tahun bisa hancur dalam 2 minggu jika terjadi
tuntutan dari rakyat untuk menggulingkan para pemimpin disuatu negara. Rakyat
yang terus terhimpit karena harga-harga terus merangkak naik tanpa ada
kestabilan ekonomi akan melakukan berbagai upaya untuk mendesak pemerintah
untuk menjaga kestabilan harga-harga di pasaran.
Gejolak ekonomi yang membuat rakyat resah konon
tidak bisa dipecahkan oleh para pakar-pakar ekonomi. Alhasil “gelar-gelar
profesor ekonomi” yang melekat pada “profesor-profesor” itu akhirnya tidak
memiliki arti bila tidak mampu memecahkan masalah ekonomi yang dihadapi oleh
rakyat. Karena itu semua pemimpin-pemimpin dunia, pakar-pakar ekonomi,
teknologi dan lain sebagainya harus menempatkan sektor pendidikan sebagai basis
utama untuk mengarungi era globalisasi.
SDM Indonesia Menghadapi Era Global
Sumberdaya
manusia (SDM) merupakan faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yaitu bagaimana
menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki
keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Fakta berbagai sumber mengungkapkan ada
dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia. Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan
angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja
nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998)
sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar
87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open
unemployment).
Kemudian angkanya terus meningkat selama krisis ekonomi
yang kini berjumlah sekitar 8 juta dan tingkat pendidikan angkatan kerja yang
ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih
didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2%. Kedua masalah tersebut menunjukkan
bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas
angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.
Catatan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih
dari 300.000 orang. Masalah SDM
inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang
didukung oleh
produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung, bukan berasal dari kemampuan
manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi.
produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung, bukan berasal dari kemampuan
manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi.
Sudah seharusnya bangsa Indonesia secara
benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki (resources
base) dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam
membangun perekonomian nasional. Ada tiga hambatan yang
menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Masalah dalam kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Masalah dalam kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Menurut World Competitiveness Repor, negara Indonesia menempati urutan ke-45 atau terendah dari
seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina
(38), dan Thailand (40). Perwujudan
nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia akan terjadi dalam berbagai bentuk.
Masalah daya
saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan tantangan
yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan
saing yang tinggi niscaya produk
suatu negara, termasuk produk Indonesia,
tidak
akan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat
mengancam posisi pasar domestik.
Realitas
globalisasi yang demikian membawa sejumlah implikasi terhadap pengembangan SDM di Indonesia.
Salah satu tuntutan globalisasi adalah daya saing
ekonomi. Daya saing ekonomi akan
terwujud apabila didukung
oleh SDM yang handal. Untuk menciptakan SDM berkualitas dan
handal yang diperlukan adalah pendidikan. Sebab dalam hal ini pendidikan dianggap
sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan
pengetahuan. Pendidikan merupakan
kegiatan investasi di mana pembangunan ekonomi sangat berkepentingan. Sebab bagaimanapun
pembangunan ekonomi membutuhkan kualitas SDM yang kompetitif baik dalam kapasitas penguasaan
IPTEK maupun sikap mental, sehingga menjadi subyek
atau pelaku pembangunan yang handal.
Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga
disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Karena itu dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor
penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus
dikedepankan.
Problem utama
dalam pembangunan sumberdaya manusia adalah terjadinya missalocation of human
resources. Pada era sebelum reformasi, pasar tenaga
kerja mengikuti aliran ekonomi konglomeratif. Di mana tenaga kerja yang ada cenderung
memasuki dunia kerja yang bercorak konglomeratif yaitu mulai dari sektor industri
manufaktur sampai dengan perbankan. Kenyataan menunjukkan banyak
lulusan terbaik pendidikan masuk ke
sektor-sektor ekonomi yang justru bukan memecahkan masalah ekonomi, tapi malah
memperkuat proses konsentrasi ekonomi dan konglomerasi, yang
mempertajam kesenjangan ekonomi.
mempertajam kesenjangan ekonomi.
Untuk menghadapai tuntutan globalisasi itu seharusnya sektor pendidikanlah yang harus diutamakan oleh pemerintah
untuk mendapatkan pembiayaan yang layak sehingga pembangunan ekonomi maupun bidang ekonomi lainnya bisa
berjalan selaras dalam konteks ekonomi global.
Kembangkan Manajemen SDM Guru
Menurut Rue & Byars (2000: 4) mengartikan ”Management is a
form of work that involves coordinating an organization’s resources-land,
labour, and capital to accomplish organizational objectives”.
Sedangkan Faustino Cardoso Gomes (2002:
1-2) menyatakan bahwa manajemen merupakan salah satu sumber daya yang terdapat
dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Secara umum,
sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan atas dua
macam, yakni (1) sumber daya manusia (human resource), dan (2) sumber
daya non-manusia (non-human resource). Kelompok yang termasuk dalam
sumber daya non-manusia antara lain modal, mesin, teknologi.
Noe (2003: 3) menyatakan bahwa “human
resource management refers to the policies, practices, and systems that
influence employees’ behavior, attitudes, and performance. Human resource
practices play a key role in attracting, motivating, rewarding, and retaining
employees.
Pengembangan
menurut Beebe, et.al (2004: 8) adalah “ The concept of development is a process often linked to both
training and human resources. The word development added to other terms
suggests a broadening of the behaviors or strategies to achieve a goal.
Development is any behavior, strategy, design, restructuring, skill or skill set,
strategic plan, or motivational effort that is designed to produce growth or
change over time. Development is a process of helping the organization or
individuals in the organization do their jobs more effectively. Development
involves a set of strategies that can help an individual or organization change
to perform more effectively in achieving individual or corporate vision,
mission, and goals.
Adapun keuntungan
adanya pengembangan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi menurut Decenzo
& Robbins (1999: 232) adalah “Pengembangan
memberikan pendidikan yang diperlukan oleh pegawai dalam memahami dan
menginterpretasikan ilmu pengetahuan. (2) Pengembangan memfokuskan pada
perkembangan pegawai secara individual. (3) Pengembangan memberikan ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan secara menyeluruh. (4) Pengembangan menciptakan
sumber daya manusia yang mampu untuk menjabat pekerjaan yang memiliki tanggung
jawab yang lebih besar, analitis, memilki rasa kemanusiaan, terkonsep dan
memilki ketrampilan yang khusus. (5) Pengembangan menciptakan sumber daya
manusia yang mampu untuk berpikir dan memahami secara logis.
Pengembangan SDM
ini menurut Decenzo & Robbins (1999: 234-236) terdapat beberapa metode yang
merupakan gabungan dari metode-metode dalam “on-the
job techniques (job rotation, assistant to positions, and committee assigments
and off the job methods (lecture courses and seminars, simulation exercises,
and outdoor training)”.
Sebagai orang
yang bertugas mengajar dan mendidik, guru akan melaksanakan berbagai macam
kegiatan demi tercapainya tujuan pendidikan. Profesionalisme guru adalah
kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar
meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran .
Menurut Fullan, M (1997: 142) profesionalisme guru adalah “ The professionalization reforms at the national and state
levels center on teachers’ demonstrated knowledge base (as reflected in
standards for teacher education program accreditation and candidate
assessment), on conditions surrounding teacher certification and licensure, and
on the structure of career opportunities in teaching. At the local level,
professionalization tends to take the form of extended assistance to new
teachers, and experiments in side-based decision making”..
Sedangkan konsep pengembangan profesionalisme menurut Alba, G.D &
Sandberg (2006: 384) adalah “The
concept of professional development is not clearly delimited. A profession
traditionally is defined as being based on systematic, scientific knowledge.
Preliminary development of professional skill has occurred largely through
designated higher education programs, with subsequent development taking
various forms”.
Pengembangan
profesionalisme guru menurut The
State of Queensland (Department of Education, Training and the Arts) (2006) yaitu “ The Professional Development and Leadership
Institute has been established in recognition that professional development is
fundamental to the professional practice of teachers, to ensure that students
benefit from dynamic and futures-oriented professional development experiences.
Support for ongoing teacher professional development is central to quality
schooling and promoting professionalism and a sense of scholarship within the
teaching community. Both forms of professional development play important and
independent roles in improving school organisational capacity and in enhancing
teacher capital. Taken together, study findings on professional development and
individual teacher capital suggest that a systemic focus on increasing
individual teacher capital through professional development will improve
schools' organisational capacity to deliver improved student outcomes”.
Intinya manajemen pengembangan SDM guru dalam era globalisasi
sekarang ini juga sangat penting untuk mengantisipasi berbagai
hambatan-hambatan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Menghadapai era
globalisasi yang sarat dengan persaingan kompetitif sudah barang tentu guru
membutuhkan perangkat-perangkat teknologi pembelajaran yang up to date.
Pengembangan karir dan
manajemen SDM guru harus dioptimalkan sehinggapara guru mampu hidup layak dan
sejahtera sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu penegathuan dan teknologi.
Pemberdayaan manajemen peningkatan SDM guru sebaiknya harus berbading lurus
dengan penegmbangan kualitas pendidikan dan peningkatan karir guru.
Guru-guru juga dituntut
untuk mengambangan manajemen pengembangan SDM nya melalui riset-riset dan
penelitian dibidang pendidikan sehingga guru mampu menorehkan hasil-hasil
kinerjanya sebagai guru profesional.
Pendidikan dalam
globalisasi ekonomi akan menghadapi tantangan nyata apabila tidak tersedia SDM
yang berkualitas sesuai dengan tuntutan perubahan. Ekonomi juga demikian tidak
akan bisa bertumbuh dengan baik tanpa ketersediaan SDM yang memadai.
Pengembangan teknologi dan pembangunan juga tidak akan bisa terlaksana tanpa
tersedianya sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang memadai. Pada akhirnnya
semua sektor dituntut untuk memposisikan diri dengan baik benar sehingga tidak
terjadi lagi “ego sektoral” dalam melaksanakan agenda pembangunan di masa
mendatang. (dihimpun dan disarikan dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar