Kamis, 24 November 2011

PENDIDIKAN


Pendidikan dan Globalisasi Ekonomi

Oleh: Nelson Siohaloho

 

Berbicara masalah sumber daya manusia kunci pokoknya terletak pada pendidikan. Semakin baik mutu dan kualitas pendidikan yang kita berikan kepada peserta didik maka akan semakin baik kualitas sumber daya manusia yang kita hasilkan.

Dalam perspektif ekonomi semua bidang bisa diubah menjadi sumber penghasilan padahal belum tentu pakar ekonomi mampu menghasilkan barang dan jasa. Banyak para pakar-pakar ekonomi meramalkan ekonomi masa depan masuk dalam tataran  ekonomi global.

Kadangkala sangat ironis kita membicarakan masalah ekonomi tanpa lebih terlebih dahulu kita melihat secara komprehensif kondisi pendidikan. Globalisasi ekonomi tidak akan berjalan dengan baik apabila semua komponen-komponen dan indikator-indikator yang berhubungan dengan sumber daya manusia (SDM) tidak tersedia.

Semestinya para pakar ekonomi harus melihat secara konseptual dan mendasar tentang SDM-SDM bangsa ini sebelum kita berbicara globalisasi ekonomi. Pendidikan sebagai faktor kunci pokok dalam mempersiapkan SDM dalam globalisasi ekonomi selain sebagai pilar utama dan pionir juga sebagai lembaga yang secara terus menerus mempersiapkan generasi-generasi berkelanjutan.

Saat pendidikan kita kekurangan dana, para pakar-pakar ekonomi, politik, teknologi, sosial dan lain sebagainya sibuk dengan urusannya. Kita tidak perlu heran kalau uang atau kapital selalu menjadi nomor satu dalam kehidupan. Dari sisi pendidikan ilmu pengetahuan alam dan sosial merupakan dua induk ilmu yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Teknologi adalah ilmu yang berkembang kemudian. Intinya teknologi tidak akan berkembang tanpa ilmu pengetahuan dan sosial.

Menyikapi persoalan itu pendidikan sebagai human invesment harus ditempatkan pada koridor utama dalam mengarungi memperhatikan perkembangan dunia yang semakin mengglobal untuk meningkatkan daya saing. Para pakar ekonomi cenderung berpikir bahwa peningkatan daya saing antara lain dapat ditempuh dengan meningkatkan efisiensi perekonomian melalui penghapusan berbagai hambatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Dalam konteks jangka panjang  adalah untuk mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan (sustainable development), diperlukan peningkatan produktivitas nasional secara terus-menerus. Dua unsur utama yang berpengaruh pada peningkatan produktivitas adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pengembangan sumber daya manusia.

Munculnya berbagai krisis ekonomi selama beberapa tahun belakangan ini karena semua negara-negara didunia memiliki pola pikir ekonomi. Pembangunan ekonomi  suatu negara yang dibangun dengan kokoh selama berpuluh-puluh tahun bisa hancur dalam 2 minggu jika terjadi tuntutan dari rakyat untuk menggulingkan para pemimpin disuatu negara. Rakyat yang terus terhimpit karena harga-harga terus merangkak naik tanpa ada kestabilan ekonomi akan melakukan berbagai upaya untuk mendesak pemerintah untuk menjaga kestabilan harga-harga di pasaran.
Gejolak ekonomi yang membuat rakyat resah konon tidak bisa dipecahkan oleh para pakar-pakar ekonomi. Alhasil “gelar-gelar profesor ekonomi” yang melekat pada “profesor-profesor” itu akhirnya tidak memiliki arti bila tidak mampu memecahkan masalah ekonomi yang dihadapi oleh rakyat. Karena itu semua pemimpin-pemimpin dunia, pakar-pakar ekonomi, teknologi dan lain sebagainya harus menempatkan sektor pendidikan sebagai basis utama untuk mengarungi era globalisasi.
SDM Indonesia Menghadapi Era Global
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yaitu bagaimana menciptakan  SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Fakta berbagai sumber mengungkapkan ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia. Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada  krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya  sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment).
Kemudian angkanya terus meningkat selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta dan tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia  masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2%. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan  kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.
Catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia  lebih dari 300.000 orang. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh
produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan  dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil  tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung, bukan berasal dari kemampuan
manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi.
Sudah seharusnya bangsa Indonesia  secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki (resources base) dengan kemampuan  SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional. Ada tiga hambatan yang
menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja.  Hambatan  kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Masalah dalam kurikulum  sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan  mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih  disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Menurut World  Competitiveness Repor, negara Indonesia  menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8),  Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia akan terjadi dalam berbagai bentuk.
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan.  Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia,  tidak akan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat mengancam posisi pasar domestik.
Realitas globalisasi yang demikian membawa sejumlah implikasi terhadap pengembangan SDM di Indonesia. Salah satu  tuntutan globalisasi adalah daya saing ekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud apabila didukung oleh SDM yang handal.  Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan adalah pendidikan. Sebab dalam hal ini pendidikan  dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan. Pendidikan merupakan kegiatan investasi di mana pembangunan ekonomi sangat berkepentingan. Sebab bagaimanapun pembangunan ekonomi membutuhkan kualitas SDM yang kompetitif baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK maupun  sikap mental, sehingga menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi,  penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Karena itu dimensi daya saing dalam SDM  semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang  harus dikedepankan.
Problem utama dalam pembangunan sumberdaya manusia adalah terjadinya missalocation of human resources. Pada  era sebelum reformasi, pasar tenaga kerja mengikuti aliran ekonomi konglomeratif. Di mana tenaga kerja yang ada  cenderung memasuki dunia kerja yang bercorak konglomeratif yaitu mulai dari sektor industri manufaktur sampai dengan  perbankan. Kenyataan menunjukkan banyak lulusan terbaik pendidikan masuk ke sektor-sektor ekonomi yang justru bukan  memecahkan masalah ekonomi, tapi malah memperkuat proses konsentrasi ekonomi dan konglomerasi, yang
mempertajam kesenjangan ekonomi.
Untuk menghadapai tuntutan globalisasi itu seharusnya sektor pendidikanlah yang harus diutamakan oleh pemerintah untuk mendapatkan pembiayaan yang layak sehingga pembangunan ekonomi maupun bidang ekonomi lainnya bisa berjalan selaras dalam konteks ekonomi global.
Kembangkan Manajemen SDM Guru
Menurut Rue & Byars (2000: 4) mengartikan Management is a form of work that involves coordinating an organization’s resources-land, labour, and capital to accomplish organizational objectives”.
Sedangkan Faustino Cardoso Gomes (2002: 1-2) menyatakan bahwa manajemen  merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Secara umum, sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan atas dua macam, yakni (1) sumber daya manusia (human resource), dan (2) sumber daya non-manusia (non-human resource). Kelompok yang termasuk dalam sumber daya non-manusia antara lain modal, mesin, teknologi.
Noe (2003: 3) menyatakan bahwahuman resource management refers to the policies, practices, and systems that influence employees’ behavior, attitudes, and performance. Human resource practices play a key role in attracting, motivating, rewarding, and retaining employees.
Pengembangan menurut Beebe, et.al (2004: 8) adalahThe concept of development is a process often linked to both training and human resources. The word development added to other terms suggests a broadening of the behaviors or strategies to achieve a goal. Development is any behavior, strategy, design, restructuring, skill or skill set, strategic plan, or motivational effort that is designed to produce growth or change over time. Development is a process of helping the organization or individuals in the organization do their jobs more effectively. Development involves a set of strategies that can help an individual or organization change to perform more effectively in achieving individual or corporate vision, mission, and goals.
Adapun keuntungan adanya pengembangan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi menurut Decenzo & Robbins (1999: 232) adalah Pengembangan memberikan pendidikan yang diperlukan oleh pegawai dalam memahami dan menginterpretasikan ilmu pengetahuan. (2) Pengembangan memfokuskan pada perkembangan pegawai secara individual. (3) Pengembangan memberikan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan secara menyeluruh. (4) Pengembangan menciptakan sumber daya manusia yang mampu untuk menjabat pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar, analitis, memilki rasa kemanusiaan, terkonsep dan memilki ketrampilan yang khusus. (5) Pengembangan menciptakan sumber daya manusia yang mampu untuk berpikir dan memahami secara logis.
Pengembangan SDM ini menurut Decenzo & Robbins (1999: 234-236) terdapat beberapa metode yang merupakan gabungan dari metode-metode dalam on-the job techniques (job rotation, assistant to positions, and committee assigments and off the job methods (lecture courses and seminars, simulation exercises, and outdoor training)”.
Sebagai orang yang bertugas mengajar dan mendidik, guru akan melaksanakan berbagai macam kegiatan demi tercapainya tujuan pendidikan. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran .
Menurut Fullan, M (1997: 142) profesionalisme guru adalah “ The professionalization reforms at the national and state levels center on teachers’ demonstrated knowledge base (as reflected in standards for teacher education program accreditation and candidate assessment), on conditions surrounding teacher certification and licensure, and on the structure of career opportunities in teaching. At the local level, professionalization tends to take the form of extended assistance to new teachers, and experiments in side-based decision making”.. Sedangkan konsep pengembangan profesionalisme menurut Alba, G.D & Sandberg (2006: 384) adalah “The concept of professional development is not clearly delimited. A profession traditionally is defined as being based on systematic, scientific knowledge. Preliminary development of professional skill has occurred largely through designated higher education programs, with subsequent development taking various forms”.
Pengembangan profesionalisme guru menurut The State of Queensland (Department of Education, Training and the Arts) (2006)  yaitu “ The Professional Development and Leadership Institute has been established in recognition that professional development is fundamental to the professional practice of teachers, to ensure that students benefit from dynamic and futures-oriented professional development experiences. Support for ongoing teacher professional development is central to quality schooling and promoting professionalism and a sense of scholarship within the teaching community. Both forms of professional development play important and independent roles in improving school organisational capacity and in enhancing teacher capital. Taken together, study findings on professional development and individual teacher capital suggest that a systemic focus on increasing individual teacher capital through professional development will improve schools' organisational capacity to deliver improved student outcomes”.
Intinya manajemen  pengembangan SDM guru dalam era globalisasi sekarang ini juga sangat penting untuk mengantisipasi berbagai hambatan-hambatan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Menghadapai era globalisasi yang sarat dengan persaingan kompetitif sudah barang tentu guru membutuhkan perangkat-perangkat teknologi pembelajaran yang up to date.
Pengembangan karir dan manajemen SDM guru harus dioptimalkan sehinggapara guru mampu hidup layak dan sejahtera sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu penegathuan dan teknologi. Pemberdayaan manajemen peningkatan SDM guru sebaiknya harus berbading lurus dengan penegmbangan kualitas pendidikan dan peningkatan karir guru.
Guru-guru juga dituntut untuk mengambangan manajemen pengembangan SDM nya melalui riset-riset dan penelitian dibidang pendidikan sehingga guru mampu menorehkan hasil-hasil kinerjanya sebagai guru profesional.
Pendidikan dalam globalisasi ekonomi akan menghadapi tantangan nyata apabila tidak tersedia SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan perubahan. Ekonomi juga demikian tidak akan bisa bertumbuh dengan baik tanpa ketersediaan SDM yang memadai. Pengembangan teknologi dan pembangunan juga tidak akan bisa terlaksana tanpa tersedianya sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang memadai. Pada akhirnnya semua sektor dituntut untuk memposisikan diri dengan baik benar sehingga tidak terjadi lagi “ego sektoral” dalam melaksanakan agenda pembangunan di masa mendatang. (dihimpun dan disarikan dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar