Kamis, 10 Januari 2013

Peningkatan Mutu Layanan BK Dalam Era Globalisasi

Peningkatan Mutu Layanan BK Dalam Era Globalisasi Oleh: Nelson Sihaloho Globalisasi akan mendominasi horizon persaingan dimana konsepnya telah lama digaungkan dan intensitas tantangan yang terjadi semakin dapat kita rasakan. Globalisasi itu sendiri akan memunculkan dan mensyaratkan pasar baru, produk baru termasuk mindset baru, kompetensi baru serta bisnis baru. Perubahan terjadi demikian cepat itu memerlukan suatu kajian dan analisis yang mendalam terhadap keseimbangan lingkungan, munculnya para pesaing global, hilangnya batas-batas pasar nasional, regionalisasi perdagangan termasuk homogenisasi pelanggan. Selain itu aturan main dalam kompetisi globalpun mensyaratkan adanya pasar yang diproteksi dan diregulasi, munculnya monopoli dan oligopoli, economies of scale, akses ke sumber finansial serta teknologi dan proses yang berkembang demikian cepat dengan mengandalkan mutu. Demikian halnya dengan pendidikan. Munculnya berbagai tawaran kompetitif tentang mutu dan kualitas pendidikan sebagai upaya untuk menghadapi persaingan bebas dan global akan memicu kekhawatiran berbagai kalangan termasuk kalangan pendidikan. Ke depan akan muncul competence-based assets (intellectual and social capital), dimana kreativitas, inovasi, pembelajaran organisasional dan kapabilitas strategik akan menjadi faktor utama dalam mengembangkan model-model pembelajaran berbasis global. Hal ini dapat dimaklumi sebagai upaya untuk menghadapi persaingan bebas dan global mutlak dilakukan penyempurnaan dan harmonisasi model-model pengajaran termasuk teknologi pembelajaran berbasis mutu. Perkembangan teknologi dimana inovasi teknologi terjadi semakin cepat. Berbagai teknologi baru seperti, internet, video conferencing, networks, global paging, informasi dan analisis instan memunculkan kegiatan bisnis yang benar-benar baru. Teknologi telah membuat dunia menjadi lebih kecil, lebih dekat dan “berputar lebih cepat”. Tantangan nyata manajemen pembelajaran adalah aplikasi teknologi secara efektif dan kreatif yang menambah nilai, bukan sekadar akuisisi teknologi semata. Bisnis berbasis kompetensi akan semakin berkembang. Persaingan bisnis terjadi bukan antar produk, tetapi antar kompetensi, mindset versus mindset (Hamel & Prahalad, 1993). Pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan proses pelatihan (training) dan Pengembangan (development). Pembelajaran terjadi ketika konsep bertemu pengalaman melalui refleksi. SDM yang mempunyai kapabilitas untuk belajar (ability to learn) dan berkembang (ability to develop). Ini berarti SDM tidak hanya menguasai action, tetapi juga capacity to learn (pembelajaran) dan to reflect. Pengembangan dan pengoperasian perusahaan yang akan lebih responsif terhadap nilai pelanggan (customer focus). Penciptaan nilai pelanggan adalah suatu mess (a system of interacting problems), bukan suatu masalah pemasaran, atau masalah produksi, dan sebagainya, serta tidak dapat dipenuhi hanya dengan menganalisis dan memahami nilai internal, tetapi harus dengan memadukan sistem nilai (suppliers,buyers, dan stakeholders lain) yang lebih luas. Artinya SDM yang mempunyai kemampuan untuk melakukan sintesis (yang memerlukan daya kreatif, intuitif dan integratif), tidak hanya analisis, pemahaman multidisipliner, ketrampilan interaksi dan proses, serta berpikir ke depan. SDM juga dituntut mempunyai kemampuan untuk menjadi pembelajar mandiri (self-learner) dan melakukan continuous learning, serta kapabilitas pengelolaan perubahan. Menyikapi perkembangan sebagaimana diuraikan diatas guru sebagai pendidik profesional dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada siswa dalam menyikapi perkembangan yang semakin pesat itu. Termasuk peran guru Bimbingan Konseling (BK) semakin strategis. Mutu Layanan Pembelajaran Apabila selama ini guru BK selalu “dianak tirikan” bahkan dianggap sebagai “guru pinggiran” dan tidak memiliki kontribusi disekolah sesuai dengan aturan baru guru BK wajib masuk kelas. Guru BK memiliki tanggung jawab untuk memberikan mutu layanannya khususnya dalam layanan bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Sekolah yang tidak mengalokasikan jam pelajaran BK disekolah adalah sekolah “primitif”. Jam pelajaran BK apabila dialokasikan oeh sekolah dengan jam tatap muka maka pemberian layanan BK khususnya bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir akan semakin efektif. Pemberian layanan BK tidak bisa dilakukan hanya dibelakang meja. Bahkan selama ini guru BK sebagai tempat pelimpahan masalah-masalah siswa. Berdasarkan UU Guru dan Dosen guru yang lulus sertifikasi adalah guru profesional. Jika seorang guru memiliki permasalahan dengan siswanya selesaikanlah secara profesional seseuai dengan tanda sertifikasi yang ada dalam sertifikat pendidik itu. Sedapat mungkin guru mata pelajaran mengupayakan untuk tidak lagi melimpahkan masalah-masalah sepele kepada guru BK. Dalam karir misalnya pada jenjang SMP guru BK dituntut untuk mengembangkan potensi siswa seperti psikologis siswa sehingga anak memiliki kecerdasana emosi (EQ), spritual (SQ), moral (MQ) dan adversity (AQ). Selain itu harus memberikan layanan bermutu kepada siswa agar kelak memiliki kepribadian yang dewasa termasuk mental ( entention and self humor, unifying of philosophy of live). Siswa juga harus diberikan layanan tentang interpreneuership and leadership. Karena itu guru BK disekolah harus mengubah paradigma pelayanannya serta memberikan layanan kepada siswa tentang bagaimana menyikapi tentang persaingan global, pentingnya penguasaan aplikais teknologi komunikasi dan informasi, kemampuan belajar dan pengembangan potensi bakat dan minat siswa. Harus mengembangkan kemampuan sintesis (daya kreatif, intuitif, integratif dan berpikir ke depan), kreatif, inovatif, manajemen berkualitas serta kemampuan untuk mengelola perubahan. Program-program BK harus ddikembangkan dengan mengacu pada konsep berpikir ke masa depan. Guru BK dituntut untuk tidak terpaku pada program-program BK yang kaku namun harus menyesuaikan dan menyelaraskan program layanan kepada siswa sesuai dengan perkembangan zaman dan pengetahuan. Mutu layanan pembelajaran BK akan semakin dinamis dan luwes apabila difokuskan pada empat layanan yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Tantangan Pendidikan ke depan John F Kennedy dalam sebuah metafora menyatakan, “Change is a way of life. Those who look only to the past or present will miss the future”. Proses pendidikan tidak hanya sekadar mempersiapkan anak didik untuk mampu hidup dalam masyarakat kini, tetapi mereka juga harus disiapkan untuk hidup di masyarakat yang akan datang yang semakin lama semakin sulit diprediksi karakteristiknya. Era globalisasi, dunia mengalami perkembangan teknologi yang dahsyat, termasuk teknologi informasi. Buah pikiran para pemikir dunia, seperti John Naisbitt, Samuel P. Huntington, Kenichi Ohmae, Francis Fukuyama, dan lain-lain. Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki aspek-aspek pendidikan dalam praktiknya. Inovasi pendidikan adalah ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru terhadap seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan atau memecahkan masalah-masalah pendidikan. Teknologi komunikasi dan informasi yang terus berkembang cenderung akan mempengaruhi segenap bidang kehidupan temasuk bidang pendidikan dan pelatihan yang akan semakin banyak diwarnai oleh teknologi komunikasi dan informasi. Secara khusus untuk pendidikan dan pelatihan akan dirasakan adanya kecendrungan seperti bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem berorientasi pada guru/dosen/lembaga ke sistem yang berorientasi pada siswa/mahasiswa/peserta didik. Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh, semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia. Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global serta semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long learning). Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk itu, sistem pendidikan konvensional seharusnya menunjukkan sikap yang bersahabat dengan alternatif cara belajar yang baru yang sarat dengan teknologi. Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk mengambil keputusan. Teknologi komunikasi merupakan perluasan dari ilmu komunikasi dengan basis teknologi seperti wireless, internet, faximille, komputer dan sebagainya. Dengan teknologi diharapkan tidak ada lagi batasan waktu/jarak dalam berkomunikasi. Sejarah IT dan internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET). Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh di lingkungan akademis (UI dan ITB), dan perlu diperbanyak lagi cerita tentang manfaat internet bagi bidang pendidikan. Adanya internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya internet memungkinkan seseroang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus, aplikasi telnet atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer).Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Guru BK dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popular saat ini adalah “e-learning” yaitu suatu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001;28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga criteria. Ketiga kriteria itu adalah E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi. Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar serta memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi seperti WBT (Web Based Training), LCC (Learner-Cemterted Classroom), CBI (Computer Based Instruction), Curricie, ACT (Adaptive Computer Testing). Distance Learning (online) sering disebut dengan pendidikan jarak jauh. Pendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metoda pengajaran dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. pemisah dapat pula jarak non-fisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut. Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari pendidikan jarak jauh sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang penddikan. sistem in dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas. pada sistem pendidikan pelatihan ini tenaga pengajar dan peserta didik tidak harus berada dalam lingkungan geografi yang sama. Cyber university atau virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi internet. Cyber university atau virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Cyber university/virual university merupakan format distance learning yang memberikan gelar (degree kepada pesertanya). Menggunakan komputer dan jaringan komputer (internet) untuk melaksakan fungsinya. Perangkat cyber university/virtual university adalah: Koleksi materi dalam format digital, contoh: silabus, textbook, eBooks. Bulletin/discussion board untuk diskusi secara asinkron. Chat room untuk diskusi real-time/sinkron (tutorial/kerja kelompok). Cyber university/virtual university memiliki dampak positif yaitu dimana dengan cyber university dapat menghubungkan beberapa universitas untuk sharring resources, meningkatkan kemampuan dan kualitas bersama serta tidak adanya batasan wilayah. Dalam sejarah peradaban manusia, setidak-tidaknya telah terjadi empat revolusi besar pada bidang teknologi pembelajaran. Revolusi pertama yakni terjadi ketika orang tua menitipkan anak kepada seorang guru untuk mendapatkan pendidikan. Revolusi kedua terjadi ketika manusia mengenal tulisan. Tulisan merupakan lambang-lambang yang disepakati bersama guna menyampaikan suatu pesan. Perkembangan budaya tulis semakin pesat saat memasuki revolusi ketiga, yakni ditemukannya mesin cetak. Mesin cetak membawa dampak yang sangat luas dalam komunikasi tulisan, yang semula buku ditulis dan disalin oleh orang perorang, maka setelah ditemukannya mesin cetak, tulisan dapat diterbitkan secara masal. Pada penghujung abad 20 terjadi revolusi yang sangat menakjubkan, yakni revolusi elektronik. Revolusi elektronik pada bidang teknologi pembelajaran dimulai sejak ditemukannya citra bergerak (motion picture) tahun 1910, siaran radio (1930), televisi pendidikan (1950), serta komputer dan internet (1980). Awal abad 21 merupakan kelanjutan dari revolusi elektronik. Pada masa ini, dikenal berbagai istilah berkaitan dengan pembelajaran elektronik atau sering disebut elearning. Konsep elearning sendiri mencakup terminologi yang sangat luas, dari mulai pembelajaran plus elektronik sampai dengan electronic based learning. Saat ini di sekolah telah mulai diperkenalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikaksi (TIK). Pendayagunaan TIK dalam pendidikan pada dasarnya adalah suatu kelanjutan proses revolusi pembelajaran yang masih belum selesai. Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, istilah TIK sendiri semakin identik dengan komputer, sehingga apabila disebutkan TIK maka yang dimaksud biasanya akan menunjuk kepada penggunaan komputer dan internet. Pada blue print (cetak biru) arsitektur sekolah modern Indonesia, disebutkan terdapat tujuh peranan TIK dalam pendidikan yakni; sumber belajar, alat bantu atau media belajar, fasilitas atau sarana belajar, standard kompetensi, pendukung administrasi, pendukung sistem manajemen, dan infrastruktur kelembagaan. Sedangkan dalam proses pembelajaran sendiri, setidak-tidaknya TIK menempati 3 peranan, yakni sebagai konten pembelajaran (standard kompetensi), sebagai media pembelajaran, dan sebagai alat belajar. Atau dengan kata lain: belajar menggunakan komputer, menggunakan komputer untuk belajar, dan belajar melalui komputer. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Penelitian tersebut antara lain yang dilakukan oleh Francis M. Dwyer. Hasil penelitian ini antara lain menyebutkan bahwa setelah lebih dari tiga hari pada umumnya manusia dapat mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan sebesar 10%, pesan audio 10%, visual 30%, audio visual 50%, dan apabila ditambah dengan melakukan maka akan mencapai 80%. Masalahnya adalah tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan sendiri secara nyata. Penyebabnya adalah topik materi yang diajarkan sulit dilakukan (abstrak), membahayakan siswa, bahan praktek sulit didapatkan (langka), akan merusak lingkungan, dan sebagainya. Solusi yang dapat dilakukan adalah menggunakan multimedia interaktif untuk menyampaikan topik materi yang sulit dilakukan tadi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka multimedia interaktif dapat dikatakan sebagai media yang mempunyai potensi besar dalam membantu proses pembelajaran. Multimedia telah mengalami perkembangan konsep sejalan dengan berkembangnya teknologi pembelajaran. Ketika teknologi komputer belum dikenal, konsep multimedia sudah dikenal yakni dengan mengintegrasikan berbagai unsur media, seperti: cetak, kaset audio, video, dan slide suara. Unsur-unsur tersebut dikemas dan dikombinasikan untuk menyampaikan suatu topik materi pelajaran tertentu. Pada konsep ini, setiap unsur media dianggap mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan salah satu unsur media dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan media lainnya. Misalnya, penjelasan yang tidak cukup disampaikan dengan teks tertulis seperti cara mengucapkan sesuatu maka dibantu oleh media audio. Demikian juga materi yang perlu visualisasi dan gerak maka dibantu dengan video. Pada pertengahan dekade tahun 1980-an tatkala teknologi komputer multimedia mulai diperkenalkan, maka sejak saat itu multimedia pembelajaran berbasis komputer pun dimulai. Terdapat berbagai sebutan untuk media pembelajaran berbasis komputer seperti CAI (computer assited instruction), MPI (multimedia pembelajaran interaktif), software pembelajaran mandiri, media presentasi berbantuan komputer, multimedia pembelajaran, dll. Setiap penyebutan tentu saja mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengembangnya. Bagaimana dengan gur BK siapkah kita mengembangkan multi media pembelajaran BK dalam meningkatkan mutu layanan BK. Bagaimana apabila sarana dan prasarana multi media pembelajaran BK tidak tersedia disekolah?. Tentunya akan menghambat tugas-tugas guru BK dalam meningkatkan mutu layanannya. ( disarikan dan dihimpun dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar