Mampukah Pertamina Geothermal Energy Memenuhi Energy Listrik di Indonesia
Oleh: Nelson Sihaloho.
Dengan laba konsolidasi Pertamina apakah akan mampu menyalip pencapaian laba bersih Petronas pada tahun 2018? Sementara saat ini saja perbedaannya masih jauh sekitar Rp 30 triliun milik Pertamina tahun 2008 dan Petronas Rp 153 triliun pada tahun yang sama? Sebagaimana diketahui, tahun 2018 adalah batas tahun Pertamina menjadi perusahaan nomor satu di wilayah Asia Tenggara dan terkemuka di wilayah Asia Pasifik. Di Asia Tenggara ada Petronas, PTT, dan SPC Singapura dan semua itu harus “dilewati” kalau Pertamina ingin mewujudkan langkah tahun 2023 menjadi salah satu perusahaan minyak yang terkemuka di dunia, setidaknya masuk jajaran perusahaan besar, baik NOC maupun IOC.
Memperbesar pendapatan yang diperoleh NOC dan IOC polanya sama, selain memperluas ekspansi bisnis ke luar negeri dari hulu sampai ke hilir, juga didukung dengan diversifikasi usaha tidak hanya sebatas minyak dan gas bumi.
Tanggal 12 Desember 2006 Pertamina mendirikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan anak perusahaan Pertamina yang ditugasi mengembangkan 15 Wilayah Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Saham PGE 90 persen dimiliki PT Pertamina (Persero) dan 10 persen oleh PT Pertamina Dana Ventura. Keberadaan PGE adalah komitmen Pertamina untuk mengembangkan energi alternatif selain migas.
Masuknya Pertamina ke bisnis panasbumi diluar perkiraan semua pihak. Pada tahun 2000 perusahaan ini sudah berkomitmen fokus pada core business di bidang minyak dan gas bumi? Sehingga setelah itu anak-anak perusahaan yang non core business dikelola secara mandiri, tanpa membebani lagi Pertamina sebagai induk.
Perusahaan Pertamina dan anak perusahaannyapun bekerja keras. Ditargetkan pada tahun 2013 Pertamina harus menjadi perusahaan minyak nasional nomor satu di Indonesia, lalu tahun 2018 menjadi nomor satu atau terkemuka di Asia Tenggara dan bahkan Asia Pasifik. Dan tahun 2023 perusahaan ini menargetkan masuk dalam National Oil Company (NOC) kelas dunia yang mampu bersaing dengan International Oil Company (IOC). Persoalan utama sekarang adalah bagaimana Pertamina mampu melejit dan melampaui Petronas Malaysia, PPT Thailand, Petro Vietnam ataupun SPC Singapura. Berbagai analisis dan rumorpun berkembang akankah Pertamina mampu menyalip Negara-negara yang sudah memiliki keunggulan dalam bidang produksi minyak tersebut?.Kini Pertamina dengan anak perusahaannya akan menggarap energy panasbumi. Suatu langkah maju dengan potensi panas bumi di Indonesia yang begitu besar Pertamina memiliki peluang yang cukup besar dan menjanjikan di bisnis energy panasbumi.
Salah satu contoh adalah perusahaan asal Amerika melalui Chevron Geothemal Salak, Ltd & Chevron Geothermal Indonesia, Ltd merupakan penghasil panasbumi terbesar di Indonesia & dunia. Perusahaan migas raksasa dari AS ini pun mengembangkan fuel cell, photovoltic, baterai berteknologi tinggi, pengembangan hydrogen sebagai bahan baku untuk transportasi dan tenaga listrik.
Perusahaan migas raksasa lain yang juga melakukan diversifikasi usaha adalah Royal Dutch Shell plc yang lebih dikenal sebagai Shell. Perusahaan yang bermarkas besar di Denhaag, Belanda, dan London, Inggris ini memiliki perusahaan petrokmia (Shell Chemical). Shell juga menangani sektor energy terbarukan, lalu mengembangkan tenaga angin dan surya.
Raksasa lain adalah Total SA, perusahaan migas dari Perancis, bergiat memproduksi minyak mentah, gas alam sampai memproduksi listrik, transportasi, kilang, pemasaran produk petrokimia, dan perdagangan internasional minyak mentah dan produknya, serta sebagai produsen kimia skala besar.
Berdasarkan pengalaman Pertamina pada periode sebelum tahun 2000 yang memiliki aneka usaha yang beragam, bahkan tidak berkaitan dengan migas, perusahaan-perusahaan yang dikenal sebagai The Seven Sisters memiliki diversifikasi usaha tapi semuanya berkaitan dengan energi atau produk turunannya. Pertamina memiliki perusahaan penerbangan, rumah sakit, dan telekomunikasi yang kuat serta perkapalan, tidak lain beralasan untuk mendukung kegiatan perminyakan, tak hanya untuk Pertamina, tapi juga perusahaan-perusahaan migas lain yang berstatus sebagai Kontraktor Production Sharing (KPS) yang saat itu memang berada dalam koordinasi Pertamina.
Pertamina memiliki alasan yang kuat untuk mengembangkan energi panasbumi selain prospeknya cerah panasbumi merupakan energi terbarukan (renewable). Sejarah pengembangan energy panasbumi atau geothermal energy di Indonesia cukup panjang. Pada tahun 1918 ketika JB Van Dijk mengusulkan untuk memanfaatkan sumber energy panasbumi di daerah kawah Kamojang, Jawa Barat.
Kemudian tahun 1926 – 1928 sebagai periode beroperasinya lapangan KMJ-3 Kamojang sebagai lapangan pertama panasbumi yang diusahakan di Indonesia. Setelah itu terhenti karena situasi yang tidak kondusif. Tahun 1964 – 1981 Direktorat Vulkanologi (Bandung), Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK PLN dan ITB) melakukan penyelidikan sumber daya panasbumi. Tahun 1972 telah dilakukan pemboran di pegunungan Dieng, sayang pemboran di enam sumur tidak ditemukan uap panasbumi. Masih pada tahun yang sama, penyelidikan dilakukan di Kamojang menyangkut geokimia,geofisika, dan pemetaan geologi. Penyelidikan juga dilakukan di Cisolok, Jawa Barat, dan kawah Ijen, Jawa Timur.
Tepat pada tanggal 1 Februari 1983 PLTP Kamojang diresmikan dengan kapasitas 30 MW yang dikembangkan bersama Pertamina dan PLN pada tahun 1974. Setelah itu lapangan demi lapangan ditemukan dan dibuka. Hingga sekarang terdapat 252 lokasi di 26 provinsi, dengan total potensi 27 ribu MWe. Sementara kapasitas terpasang baru 1189 MWe, atau sekitar 4 persen.
Potensi panasbumi Indonesia sebetulnya masih bisa dimaksimalkan pemanfaatannya sejauh ada terobosan oleh Pemerintah yang mengatur seluruh rangkai bisnis panasbumi dari hulu sampai ke hilir.
Brazil merupakan salah satu Negara yang sudah berhasil menggantikan kebutuhan bensin hingga 50 persen dengan bioethanol, yaitu bahan bakar yang terbuat dari tetes tebu. Negeri Samba ini sudah berhasil sejak 1990-an lalu. Tak hanya bioethanol, Brazil pun menggunakan biodiesel untuk menggantikan solar. Tenaga angin yang telah dimanfaatkan oleh sekitar 50 negara di dunia contohnya adalah Jerman, Spanyol dan Denmark.
Kebijakan Energi Nasional (KEN) hingga tahun 2025 sebenarnya sudah mengarahkan ke kebijakan energi berbasis energy terbarukan yang ramah lingkungan tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Perananan setiap energi pada tahun 2025 menurut KEN yaitu minyak bumi menjadi kurang dari 20 persen, gas bumi menjadi lebih dari 30 persen, batubara menjadi lebih dari 33 persen, bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5 persen, panasbumi menjadi lebih dari 5 persen, energi baru dan energi terbarukan lainnya, khusus biomass, nuklir, tenaga air, tembaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5 persen serta batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2 persen.
Dalam Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025 disebutkan bahwa setelah tahun 2007 Pemerintah tidak akan memberikan subsidi pada semua jenis BBM termasuk minyak tanah, solar dan premium. Semestinya kebijakan ini jelas dan konsisten.
Indonesia memiliki potensi panasbumi hingga 40 persen potensi panarbumi dunia. Pembangkit tenaga listrik bertenga panasbumi telah terpasang di manca negara seperti di AS, Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang.
Dalam Roadmap Pengembangan Energi Panasbumi (2004 – 2020) menetapkan komitmen pengembangan energi panasbumi di Indonesia sebesar 6000 MWe sampai tahun 2020. Jumlah pemanfaatan itu dicapai dengan tahapan 807 MWe pada tahun 2004, 2000 MWe tahun 2008, 3442 MWe tahun 2012, 4600 MWe tahun 2016, dan 6000 tahun 2020.
Ini berarti pengembangan energy panasbumi di Indonesia sampai tahun 2020 akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan (22,2 persen) dibandingkan saat ini (3,5 persen) dari total potensi panasbumi Indonesia (27 ribu MWe).
Energi panasbumi (geothermal energy) adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Pembangkit yang digunakan untuk mengkonversi panasbumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panasbumi, yaitu terdiri atas generator, turbin penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya.
Panasbumi merupakan energi yang ramah lingkungan dan berpotensi besar dikembangkan di Indonesia. Sumber energi ini juga cenderung tidak dapat habis karena proses pembentukannya yang menerus selama kondisi lingkungannya terjaga keseimbangannya.
Selama kondisi geologi dan hidrologi terjaga keseimbangannya, pembentukan sumber energi panasbumi yang terkait dengan pembentukan magma gunung berapi pada ring of fire terus-menerus terjadi atau sustainable.Hanya saja, energi panasbumi tidak dapat digunakan di tempat yang jauh dari sumbernya, juga tak bisa disimpan seperti minyak bumi atau dipindahkan ke negeri seberang seperti gas yang dicairkan terlebih dulu dalam bentuk LNG untuk diekspor.
Hambatan utama yang dialami PGE dalam mengembangkan energy panasbumi adalah hampir 70 persen keberadaannya di kawasan hutan termasuk dengan instansi terkait lainnya.
Beberapa tenaga panasbumi yang telah dan akan dikembangkan PGE adalah Sibayak, area Sibayak terletak di dua Desa dan dua kecamatan, yaitu desa Semangat Gunung kecamatan Merdeka dan desa Doulu Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera Utara. Kapasitas PLTP terpasang saat ini total sebesar 12 MW yang terdiri dari 1 Unit Monoblok 2 MW yang merupakan ESC (Energy Sales Contract) dengan PT PLN serta 2 Unit PLTP 2x5 MW yang merupakan SSC (Steam Sales Contract ) dengan PT. Dizamatra Powerindo. Peresmian proyek ini dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Desember 2007 bersamaan dengan peresmian PLTP Kamojang Unit 4 dan Lahendong Unit 2.
Sungai Penuh, wilayah Proyek Sungai Penuh terletak di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci - Jambi berada sekitar 45 km arah selatan Kota Sungai Penuh. Proyek ini diperkirakan menyimpan potensi panasbumi sebesar 80 MW. Saat ini masih dalam proses perijinan lokasi, PGE berencana membangkitan listrik sebesar 55 MW.
Kotamobagu , wilayah Proyek Kotamobagu terletak 200 km arah Selatan kota Manado, berada di dalam wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dan Minahasa Selatan Propinsi Sulawesi Utara. Proyek ini mempunyai potensi sebesar 180 MW. PGE menargetkan dua Unit PLTP 2x20MW akan beroperasi komersial pada tahun 2012.
Lahendong, area Lahendong terletak di Kota Tomohon Sulawesi Utara, Area Lahendong yang
dioperasikan sejak tahun 2001 diawali dengan pengoperasian PLTP Unit-1 sebesar 20MW. Pengembangan Unit PLTP berikutnya yang telah dirintis sejak tahun 2004 kini telah membuahkan hasil dengan telah dioperasikannya PLTP Unit-2 20 MW sejak awal tahun 2007, sedangkan PLTP Unit-3 sudah beroperasi secara komersial pada 2009, sehingga akan menjadikan total kapasitas terpasang di Area Lahendong menjadi sebesar 60 MW. Pengembangan proyek Lahendong Unit 4 sudah menyelesaikan pemboran sebesar 4 sumur. PLTP Lahendong merupakan unit pembangkit terbesar dan memberikan kontribusi sistem kelistrikan di Sulut sebesar 40 persen.
Tompaso, proyek Tompaso terletak di Desa Tompaso kurang lebih 15 km disebelah selatan Area Lokasi Lahendong. Kegiatan pemboran eksplorasi dan eksploitasi telah dilaksanakan sejak Oktober 2008. Saat ini telah terselesaikan 2 sumur eksplorasi dan 4 sumur pengembangan dan pada 2010 direncanakan akan dilakukan pemboran 2 sumur. Proyek Tompaso direncakan untuk mensuplai PLTP Unit 5 dan Unit 6 berkapasitas 2x20, yang diharapkan akan beroperasi komersial di tahun 2012.
Hululais, wilayah Proyek Hululais terletak di Kabupaten Lebong, Propinsi Bengkulu yang berjarak sekitar 180 km dari kota Bengkulu. Proyek ini memiliki potensi kapasitas sebesar 300 MW. Proyek ini sangat dihandalkan untuk membantu mengatasi kekurangan kebutuhan energi listrik di wilayah Bengkulu dan sekitarnya. Kegiatan yang sedang dilaksanakan di Proyek Hululais saat ini dalam tahap penyelesaian ijin lokasi dari Pemda Kabupaten Lebong dan mempersiapkan pembangunan infrastruktur. PGE menargetkan PLTP berkapasitas 2x55MW.
Lumut Balai, proyek Lumut Balai terletak di di Desa Panindayan, Kecamatan Semendo Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, terletak sekitar 108 km dari kota Baturaja. Kegiatan pemboran eksplorasi di Proyek yang berkapasitas 2x55MW telah dimulai sejak tahun 2007, sampai dengan saat ini telah diselesaikan pemboran 2 sumur eksplorasi 7 sumur pengembangan, PT. Pertamina Geothermal Energy menargetkan pembangkitan PLTP berkapasitas 2x55MW.
Ulu Belu, wilayah Proyek Ulubelu terletak di Pekon Datarajan, Gunung Tiga, Karang Rejo, Pagaralam, Muaradua dan Air Abang Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus yang berjarak 45 km dari kecamatan Talangpadang atau sekitar 125 km dari kota Bandar Lampung. Proyek ini memiliki potensi kapasitas sebesar 300 MW. Kegiatan pemboran eksplorasi di Proyek yang berkapasitas 2x55MW telah dimulai sejak tahun 2007 telah menyelesaikan pemboran 2 sumur eksplorasi dan 11 sumur pengembangan. Kegiatan evaluasi reservoir dan pemboran pengembangan terus berlanjut. PGE menargetkan PLTP 2 x 55 MW.
Komajang, area Kamojang pertama kali beroperasi pada tahun 1982. Total Kapasitas PLTP saat ini sebesar 200MW. PT PGE mensuplai uap untuk PLTP Unit 1,2,3 PT Indonesia Power dengan total kapasitas terpasang 140 MW serta PLTP PT PGE Unit 4 kapasitas 60 MW PT PGE yang dikelola secara Total Project. Keberhasilan Pertamina menyelesaikan proyek pengembangan PLTP Unit-4 60MW secara total project telah mengangkat citra bisnis Pertamina yang selama ini terkesan hanya mampu bergerak di bidang pengembangan geothermal.(dihimpun dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar