Penyadaran Klien Kunci Utama Pendekatan Gestalt
Oleh : Nelson Sihaloho
Abstrak:
Banyak teori-teori psikologi diterapkan dalam pelayanan konseling atau psikiater khususnya memberikan teraphy kepada kliennya. Salahs atu diantara teori itu adalah pendekatan Gestalt yang diciptakan oleh Frederick Perls dari Jerman (Berlin). Pandangan teori Gestalt tentang manusia adalah secara holistic. Pendekatan Gestalt saat ini banyak digunakan di sekolah-sekolah, rumah sakit jiwa hingga kalangan psikiater.
Kata Kunci : Penyadaran dan pendekatan Gestalt.
Pendahuluan
Tokoh pendiri pendekatan Konseling Gestalt adalah Frederick Perls yang dilahirkan di Berlin (Jerman) pada tahun 1983 dan wafat tahun 1970.
Masa muda Perls penuh dengan berbagai masalah. Frederick Perls mengganggap dirinya sebagai sumber masalah dalam keluarganya dan Frederick Perls sendiri juga bermasalah dengan pendidikannya.
Ketika Frederick Perls duduk di kelas tujuh, sempat tinggal kelas sebanyak dua kali dan bahkan keluar dari sekolah karena Frederick Perls memiliki masalah dengan gurunya.
Meskipun pada masa mudanya Frederick Perls memiliki masalah dengan pendidikan, tetapi Frederick Perls dapat menyelesaikan sarjananya. Pada tahun 1916 Frederick Perls bergabung dengan angkatan darat Jerman sewaktu Perang Dunia (PD) pertama.
Sesungguhnya proses perkembangan teori Gestalt tidak bisa dilepaskan dari sosok Laura Posner (1905-1990). Laura Posner adalah isteri Frederick Perls yang secara signifikan turut mengembangkan teori Gestalt.
Laura dilahirkan di Pforzheim Jerman. Awalnya Laura merupakan seorang pianis dan aktivitas pianis dilakoninya hingga berusia 18 tahun. Sebelum melanjutkan teori Gestalt Laura termasuk salah seorang pengikut aliran Psikoanalisa, yang kemudian beralih mendalami teori-teori Gestalt.
Pada tahun 1926, Laura dan Perls secara aktif melakukan kolaborasi untuk mengembangkan teori Gestalt, hingga pada tahun 1930 akhirnya mereka menikah. Pada tahun 1952, mereka mendirikan New York Institute for Gestalt Therapy.
Pandangan tentang Manusia
Meskipun pada awalnya Frederick Perls sebagai pengikut aliran psikoanalisa namun dalam perkembangannya, teori Gestal banyak bertentangan dengan teori Sigmund Freud.
Apabila teori Psikoanalisa memandang manusia secara mekanistik, maka Frederick Perls memandang manusia secara holistic. Sigmund Freud memandang manusia selalu dikuasai oleh konflik (intrapsychic conflict) awal masa anak-anak yang ditekan, maka Frederick Perls memandang manusia pada situasi saat ini.
Intinya Gestalt lebih menekankan pada apa yang dialami oleh konseli (klien) saat ini dari pada hal-hal yang pernah dialamai oleh konseli. Atau dengan kata lain, Gestalt lebih memusatkan pada bagaimana konseli berperilaku, berpikiran dan merasakan pada situasi saat ini (here and now) sebagai usaha untuk memahami dirinya daripada mengapa konseli berperilaku seperti itu.
Teori Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada suatu pemikiran bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang berjalan dengan lingkungan (on going relationships).
Salah satu tujuan konseling yang ingin dicapai melalui pendekatan Gestalt adalah menyadarkan (awareness) konseli terhadap apa yang sedang dialami dan bagaimana mereka menangani masalahnya.
Pendekatan Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran ini maka perubahan akan muncul secara otomatis. Pendekatan Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya daripada hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak.
Dengan demikian, Konselor (Guru Permbimbing) di sekolah melalui pendekatan Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana konseli berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli melakukan sesuatu, sehingga konselor akan “hadir secara penuh” (fully present) dalam proses konseling itu sendiri.
Akhirnya akan memunculkan kontak yang murni (genuine contacs) antara konselor dengan konseli.
Toeri Gestalt meyakini bahwa konseli adalah sosok yang terus tumbuh dan memiliki kemampuan untuk berdiri diatas kedua kakinya sendiri serta mampu mengatasi masalahnya sendiri. Hal inilah yang menjadikan pendekatan Gestalt memiliki dua agenda besar dalam proses konseling.
Kedua agenda itu adalah, pertama; menggerakkan konseli untuk berubah dari environmental support ke self-support dan kedua; integrasi ulang terhadap bagian-bagian kepribadian yang tidak dimiliki (reintegrating the disowned parts of personality).
Agenda tersebut diatas berpengaruh terhadap proses konseling yang akan dilakukan oleh konselor. Dalam proses konseling, konselor tidak memiliki agenda khusus, konselor juga tidak memiliki keinginan-keinginan, memahami bagaimana konseli berhubungan dengan lingkungan secara saling ketergantungan (interdependence).
Dengan demikian konselor mengarahkan dan menekankan pentingnya dialog selama proses konseling berlangsung. Pendekatan Gestalt juga akan menciptakan kontak yang spontan dan berujung pada bagaimana konselor dan konseli memahami proses konseling itu sendiri (moment-to-moment experience).
Salah satu pemikiran penting dari teori Gestalt adalah memandang individu sebagai agen yang dapat melakukan regulasi diri (self-regulate). Pengontrolan diri akan muncul apabila individu secara sadar memahami apa yang terjadi di sekitarnya.
Proses terapi hanya akan memfasilitasi bagaimana kesadaran itu muncul dan bagaimana kesadaran tersebut berinteraksi dalam proses konseling.
Pendapat Yontef, 1993 yang menyatakan secara eksplisit bahwa, “In Gestalt therapy there are no "shoulds." Instead of emphasizing what should be, Gestalt therapy stresses awareness of what is. What is, is. This contrasts with any therapist who "knows" what the patient "should" do”.
Pola pikir tersebut menunjukkan bahwa dalam proses konseling, konseli akan berusaha mengenali siapa dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sebab Gestalt yakin bahwa permasalahan tidak akan tuntas apabila konseli masih menjadi orang lain. Masalah akan selesai jika konseli secara sadar memahami siapa dirinya. Sehingga, dalam proses konseling, konseli akan difasilitasi untuk memahami siapa dirinya dan bukan diarahkan untuk menjadi apa. Intinya konseli harus menjadi dirinya sendiri.
Prinsip Teori Gestalt
Dalam terapi Gestalt, pengalaman menyeluruh dann komprehensif baik itu pikiran, perasaan dan sensasi tubuh dari individu menjadi perhatian penting. Pendekatannya lebih dipusatkan pada kondisi klien saat ini (here and now) yaitu menyadari apa yang terjadi dari waktu ke waktu (moment by moment).
Intinya holism keseluruhan merupakan teori Gestalt yang utama. Bahkan pendekatan Gestalt tidak memandang manusia bagian perbagian. Manusia tidak bisa hanya diketahui dari bagian fisiknya melainkan bagian psikisnya. Untuk bisa mengenal manusia harus dilakukan secara komprehensif yaitu dari bagian psikis serta fisiknya. Selain itu itu pengenalan manusia tidak hanya didasarkan pada diri individu itu sendiri melainkan terintegrasi dengan lingkungan di mana individu itu berada. Frederick Perls sebagaimana dinyatakan oleh Brownell, 2003 bahwa holism dideskripsikan sebagai suatu keseluruhan bentuk kesadaran manusia yang meliputi respon motorik, respon perasaan, respon pikiran yang dimiliki oleh organisme.
Intinya adalah teori Gestalt untuk mengenal manusia harus dilihat dari sisi lingkungan di mana manusia itu berada. Dengan demikian, konselor akan memberikan perhatian plus kepada konseli menyangkut interaksinya dengan lingkungan baik itu keluarga, sekolah, masyarakat serta tempat bekerja. Pendekatan Gestalt merupakan suatu metode untuk mendeskripsikan keseluruhan medan yang dialami oleh konseli pada saat ini.
Yontef, 1993 menyatakan hal itu dilakukan untuk sekadar menganalisis kejadian-kejadian yang telah terjadi dengan klien dalam hubungannya dengan lingkungannya.
The Figure-Formation Process dideskripsikan sebagai usaha individu untuk melakukan pengorganisasian atau memanipulasi lingkungannya dari waktu ke waktu.
Organismic Self-Regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang berusaha dengan keras untuk menjaga keseimbangan yang secara terus menerus diganggu oleh kebutuhan-kebutuhan. Jika usaha untuk menjaga keseimbangan ini berjalan dengan baik maka mereka akann kembali ke dalam posisi utuh. Pada dasarnya manusia memiliki kekuatan yang secara alami akan mengarahkan mereka untuk melakukan proses penyeimbangan dalam dirinya. Proses penyeimbangan ini berbentuk proses asimilasi, mengakomodasi perubahan atau menolak pengaruh-pengaruh dari luar. Masalah seringkali muncul saat seseorang berusaha untuk melakukan pemutusan kontak (interruption contacts).
Situasi Kini
Dalam pendekatan Gestalt, situasi saat ini merupakan hal yang sangat penting (the most significant tense). Dalam proses konseling, konseli akan diajak untuk belajar mengapresiasi dan mengalami secara penuh keadaan saat ini. Gestalt tidak akan mencari tahu apa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi lebih pada mendorong konseli untuk membicarakan saat ini. Pemusatan pada masa lalu akan menjadi jalan bagi konseli untuk menghindari masalahnya.
Joel dan Edwin (1992) menyatakan ”What does this mean, "present centered"? In essence, it means that what is important is what is actual, not what is potential or what is past, but what is here, now”.
Untuk membantu konseli memahami keadaan saat ini, maka konselor bias membantu dengan memberikan kata tanya “Apa” dan “Bagaimana”, dengan demikian, kata tanya “Mengapa” adalah kata tanya yang sangat jarang dipergunakan (Zimberoff dan Hartman, 2003).
Bahkan, seringkali konselor memotong pembicaraan konseli, jika konseli mulai berkutat dengan masa lalunya. Konselor akan memotong pembicaraan konseli dengan pernyataan seperti, ”Apa yang anda rasakan pada saat kakimu bergoyang saat bicara?’ atau ”Dapatkah anda merasakan tekanan suara anda? Tidakkah anda merasa ketakutan?” Usaha konselor ini adalah untuk mengembalikan kesadaran konseli saat ini.
Konselor Gestalt meyakini bahwa pengalaman masa lalu, seringkali mempengaruhi keadaan konseli saat ini, terlebih jika pengalaman masa lalu memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian atau masalah yang dimiliki oleh konseli. Di sisi lain kemungkinan karena ketakutannya untuk menyelesaikan masalah, maka konseli cenderung untuk secara terus menerus membicarakan masa lalunya.
Untuk mengatasi masalah ini, maka konselor dapat mengajak konseli untuk kembali ke saat ini dengan cara “membawa fantasinya ke saat ini” dan mencoba untuk mengajak konseli untuk melepaskan keinginannya.
Contohnya, seorang anak memiliki trauma dengan perilaku ayahnya. Konselor tidak mengajak konseli untuk membicarakan apa yang telah terjadi, tetapi lebih mengajak konseli untuk merasakan saat ini dan berorientasi pada pada apa yang ingin dilakukan (seperti, berbicara dengan ayahnya).
Unfinished Bussines
Individu seringkali mengalami masalah dengan orang lain di masa lalu. Menurut pandangan Gestalt, masalah masa lalu yang belum terselesaikan atau terpecahkan disebut dengan Unfinished Bussiness yang dapat dimanifestasikan dengan munculnya kemarahan (resentment), amukan (rage), kebencian (hatred), rasa sakit (pain), cemas (anxiety), duka cita (grief), rasa bersalah (guild) dan perilaku menunda (abandonment).
Polster (dalam Corey, 2005) menyatakan bahwa beberapa bentuk perilaku akibat unfinished bussines adalah seseorang akan asyik dengan dirinya sendiri, memaksa orang lain untuk menuruti kehendaknya, bentuk-bentuk perilaku yang menempatkan dirinya sebagai orang kalah, bahkan seringkali muncul simptom-simptom penyakit fisik.
Contohnya adalah seorang mahasiswa yang menganggap bahwa semua perempuan itu tidak baik. Perilaku mahasiswa ini cenderung untuk menjauhi perempuan. Diketahui bahwa masa lalu mahasiswa ini mengalami perlakuan yang buruk dari ibunya sewaktu berusia sekolah dasar (unfinished bussines). Pendekatan Gestalt tidak berorientasi pada masa lalu atau berusaha untuk mengorek perilaku orang tua yang menyebabkan klien atau individu berperilaku menjauhi perempuan. Sebab, jika hal itu dilakukan, maka mahasiswa ini akan berusaha untuk meraih masa lalunya yang hilang, dan akan berpikir menjadi anak kecil. Ini adalah proses yang tidak produktif. Konselor Gestalt akan berusaha untuk membantu mahasiswa ini merasakan apa yang terjadi saat ini. Konselor akan menfasilitasi mahasiswa ini untuk menunjukkan situasi yang terjadi saat ini. Mahasiswa dibantu untuk menyadari bahwa perilakunya tidak produktif itu kemudian mencari perilaku-perilaku yang lebih produktif.
Contact & Resisstance to Contact
Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah malakukan kontak atau bertemu dengan orang lain di sekitar. Kirchner (2008) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk melakukan kontak secara efektif dengan orang lain, dengan kemampuan itu, maka individu akan dapat bertahan hidup dan tumbuh semakin matang. Semua kontak yang dilakukan oleh individu memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berujung pada bagaimana individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Perls menyatakan bahwa proses kontak dilakukan dengan cara melihat, mendengar, membau, meraba dan pergerakan.
Perls menyatakan bahwa proses kontak dilakukan dengan cara melihat, mendengar, membau, meraba dan pergerakan.
Lebih lanjut, Gestalt Institute of Cleveland (dalam Krichner, 2000) menunjukkan bahwa proses kontak terjadi karena tujuh tingkatan yaitu sensation, awareness, mobilization of energy, action, contact, resolution and closure, dan withdrawal.
Proses kontak individu dengan individu lain seringkali mengalami masalah. Masalah ini seringkali muncul karena konseli cenderung untuk menghindari kontak dengan keadaan saat ini dan orang lain.
Krichner (2000) menyatakan ada empat hal yang menjadi masalah konseli yaitu confluence, introjection, projection, dan retroflection
Energy & Blocks to Energy
Pendekatan Gestalt memperhatikan energy yang dimiliki oleh individu. Dimana teori ini berkeyakinan bahwa untuk bisa menyelesaikan masalahnya, maka seseorang akan mengeluarkan energy. Penutupan energy ini akan tampak pada keadaan fisik seseorang. Seseorang yang tidak bisa mengeluarkan energinya, seringkali ditampakkan dengan perilaku non verbal seperti, bernapas pendek-pendek, tidak fokus dengan lawan bicara, berbicara dengan suara tertahan, perhatian yang minimal terhadap sebuah obyek, duduk dengan kaki tertutup, posisi duduk yang cenderung menjauhi lawan bicara dan lain sebagainya. Sebagai contoh, seseorang yang pada saat ini ingin marah, tetapi tertahan, maka tubuhnya akan mereaksi penahaman marah (sebagai upaya pelepasan energy) dengan bentuk-bentuk seperti napas tersengal-sengal.
Dalam proses konseling, konselor berusaha untuk membantu kondisi pelepasan energy yang dimiliki oleh konseli. Awalnya konseli diajak untuk mengenal perasaannya saat ini selanjutnya dibantu untuk melepaskan energi yang tertahan tersebut.
Penutup
Pendekatan Gestalt merupakan salah satu pendekatan dalam Konseling. Meskipun pendekatan ini merupakan pendekatan dibidang psikologi namun dalam perembangannya banyak digunakan dalam berbagai riset-riset penelitian tentang penyelesaian masalah. Bahkan saat ini pendekatan Gestalt telah merambah ke ranah bidang bisnis. Dalam pendidikan pendekatan/teori Gestalt selain telah dikenal luas juga telah banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di kalangan siswa. Pendekatan ini sangat berguna bagi Konselor dengan menekankan betapa pentingnya individu menyelesaikan masalah yang terjadi saat ini bukan masa lalu. Meskipun pendekatan ini memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan. (*Nelson)
Dihimpun dari berbagai sumber-sumber relevan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar