Potensi Lebah Dan Industri Komestik
Oleh: Nelson Sihaloho
Jumlah penduduk Indonesia saat ini diperkirakan 235 juta jiwa apabila mengkonsumsi madu sekitar 15 gram/kapita/tahun, maka setiap tahun dibutuhkan madu sebesar 3.500 ton. Produksi madu dalam negeri dalam kurun waktu 1996-2000 sekitar 1.538-2.824 ton/tahun. Selain untuk konsumsi, madu dibutuhkan pada industri farmasi dan kosmetik yang mencapai 10.000 – 15.000 ton/tahun.
Umumnya lebah merupakan serangga penghasil madu, royal jelly, propolis, lilin, pollen, sengat dan membantu penyerbukan tanaman. Berdasarkan riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa madu potensial sebagai antioksidan, antimikroba, antijamur, perawatan kulit, pengawet makanan, dan sebagai obat luka. Sumber-sumber pakan lebah pada umumnya semua tanaman berbunga. Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi oleh sekitar 25.000 tanaman berbunga yang potensial menghasilkan nektar. Budidaya lebah madu sangat potensial di Indonesia dalam rangka mendukung serta memacu industry kosmetik di Indonesia maupun untuk ekspor.
Umumnya lebah merupakan serangga penghasil madu, royal jelly, propolis, lilin, pollen, sengat dan membantu penyerbukan tanaman. Berdasarkan riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa madu potensial sebagai antioksidan, antimikroba, antijamur, perawatan kulit, pengawet makanan, dan sebagai obat luka. Sumber-sumber pakan lebah pada umumnya semua tanaman berbunga. Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi oleh sekitar 25.000 tanaman berbunga yang potensial menghasilkan nektar. Budidaya lebah madu sangat potensial di Indonesia dalam rangka mendukung serta memacu industry kosmetik di Indonesia maupun untuk ekspor.
Indonesia merupakan negara agraris dengan luas daratan sekitar 200 juta hektar, terdiri dari hutan, perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, semak belukar dan rumput yang menghasilkan nektar. Melihat luas cakupan daratan yang demikian luas produksi madu domestic dapat dinilai sangat rendah. Padahal budidaya lebah madu membutuhkan biaya produksi yang rendah namun hasil produk lebah banyak bermanfaat terhadap manusia. Berdasarkan hasil riset ilmiah terbaru dari berbagai sumber membuktikan bahwa madu potensial sebagai antioksidan, antimikroba, antijamur, dalam perawatan kulit, pengawet makanan, dan sebagai obat luka dimana secara umum budidaya lebah masiuh dikelola secara tradisional sehingga produksi per koloni sangat rendah.
Lebah madu merupakan sumber daya genetik ternak yang perlu dilestarikan dan dikembangkan karena mempunyai multi fungsi, diantaranya sebagai penghasil madu, royaljelli, pollen, propolis, sengat lebah dan polinator. Usaha perlebahan dapat dijadikan sebagai usaha yang menguntungkan dalam mengentaskan program kemiskinan masyarakat di perdesaan.
Di dunia ini terdapat kurang lebih 20.000 jenis lebah yang termasuk dalam super famili Apoidae, salah satunya adalah Apidae. Hingga kini sudah diketahui genus Apis terdiri dari sembilan spesies yaitu Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dorsata, Apis florea, Apis koschevnikovi, Apis laboriosa, Apis mellifera, Apis nigrocincta dan Apis nuluensis (Sihombing, 1997).
Apis cerana. A. cerana disebut juga lebah madu Asia yang tersebar di Afghanistan, Cina, Jepang dan Indonesia. Berdasarkan analisis morfometrik, lebah A. cerana dikelompokkan ke dalam empat sub spesies, yaitu A. c. cerana, A. c. indica, A. c. japonica dan A. c. himalaya. Sub spesies, A. c. cerana terdapat di Cina, Afghanistan, Pakistan, India bagian Utara, dan Vietnam bagian Utara. Sub spesies A. c. indica terdapat di India Selatan, Indonesia, Fhilipina, Malaysia, Srilangka, Banglades, Myanmar dan Thailand. Lebah A. c. japonica berkembang biak di Jepang, sedangkan A. c. himalaya berbiak di sekitar pegunungan Himalaya, Nepal (Yoshida, 1998).
Menurut Ruttner (1986) lebah A. cerana mempunyai ukuran tubuh kecil, mudah kabur dari sarang (absconding) bila terusik, resisten terhadap serangan predator tawon dan parasit tungau. Lebah ini mampu beradaptasi dengan daerah tropis dan efisien dalam mengumpulkan nektar. Pada umumnya koloni lebah ini dipelihara di dalam sarang, baik yang dibentuk secara alami maupun stup buatan manusia.
Apis cerana. A. cerana disebut juga lebah madu Asia yang tersebar di Afghanistan, Cina, Jepang dan Indonesia. Berdasarkan analisis morfometrik, lebah A. cerana dikelompokkan ke dalam empat sub spesies, yaitu A. c. cerana, A. c. indica, A. c. japonica dan A. c. himalaya. Sub spesies, A. c. cerana terdapat di Cina, Afghanistan, Pakistan, India bagian Utara, dan Vietnam bagian Utara. Sub spesies A. c. indica terdapat di India Selatan, Indonesia, Fhilipina, Malaysia, Srilangka, Banglades, Myanmar dan Thailand. Lebah A. c. japonica berkembang biak di Jepang, sedangkan A. c. himalaya berbiak di sekitar pegunungan Himalaya, Nepal (Yoshida, 1998).
Menurut Ruttner (1986) lebah A. cerana mempunyai ukuran tubuh kecil, mudah kabur dari sarang (absconding) bila terusik, resisten terhadap serangan predator tawon dan parasit tungau. Lebah ini mampu beradaptasi dengan daerah tropis dan efisien dalam mengumpulkan nektar. Pada umumnya koloni lebah ini dipelihara di dalam sarang, baik yang dibentuk secara alami maupun stup buatan manusia.
Menuurt Murtijo (1991) produksi madu lebah jenis A. cerana relatif rendah. Budidaya oleh peternak Indonesia hanya menghasilkan madu 5 – 10 kg per koloni per tahun.
Lebih lanjut Free (1982) dan (Ruttner, 1986) menyatakan bahwa Apis dorsata merupakan spesies lebah madu yang ukuran tubuhnya paling besar dan sering disebut lebah raksasa (giant bee). Lebah ini masih bersifat liar, hidup di hutan-hutan dan hingga kini belum berhasil dibudidayakan. Lebah ini sering disebut lebah hutan karena pada umumnya koloni lebah A. dorsata hidup di hutan-hutan. Sejak dahulu para pengumpul madu memburu koloni lebah hutan untuk mengambil madunya. Sisiran sarangnya dapat mencapai 1 m2 dan menghasilkan 5 –10 kg madu per koloni per musim atau mencapai 30 kg per koloni per tahun. Apis mellifera merupakan jenis lebah Eropa dan mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari A. cerana. Lebah ini diklasifikasikan pertama kali oleh Linnaeus pada tahun 1758. Lokasi penyebarannya mulai dari Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Indonesia dan Australia. Lebah ini banyak dikembangkan dalam budidaya perlebahan dibanyak negara termasuk Indonesia. Berdasarkan analisis morfometrik, Rusfidra(2006) lebah ini dikelompokkan atas dasar daerah penyebarannya, yaitu sub spesies Eropa, sub spesies Afrika dan sub spesies Timur Tengah.
Sub spesies Eropa terdiri dari A. m. ligustica, A. m. carnica, A. m. caucasia, A. m. remipes, A. m. mellifera, A. m. iberiensis, A. m. cecropia, A. m. cypria, dan A. m. sicula. Sub spesies Afrika terdiri dari A. m. scutellata, A. m. capensis, A. m. monticola, A. m. sahariensis, A. m. intermissa, A. m. adansonii, A. m. unicolor, A. m. lamarkii, A. m. litorea, A. m. nubica, dan A. m. yemenetica. Sub spesies Timur Tengah terdiri dari A. m. macedonia, A. m. ruttneri, A. m. meda, A. m. adami, A. m. armeniaca, A. m. anatolica, A. m. syriaca, A. m. yementica, A. m. pomenella. Karena itu budidaya lebah madu di Indonesia perlu dipacu untuk mendukung industry kosmetik maupun industry makanan kesehatan lainnya seperti royal jelly serta peningkatan nilai ekspor khususnya peningkatan pendapatan masyarakat di kawasan perdesaan.
Lebih lanjut Free (1982) dan (Ruttner, 1986) menyatakan bahwa Apis dorsata merupakan spesies lebah madu yang ukuran tubuhnya paling besar dan sering disebut lebah raksasa (giant bee). Lebah ini masih bersifat liar, hidup di hutan-hutan dan hingga kini belum berhasil dibudidayakan. Lebah ini sering disebut lebah hutan karena pada umumnya koloni lebah A. dorsata hidup di hutan-hutan. Sejak dahulu para pengumpul madu memburu koloni lebah hutan untuk mengambil madunya. Sisiran sarangnya dapat mencapai 1 m2 dan menghasilkan 5 –10 kg madu per koloni per musim atau mencapai 30 kg per koloni per tahun. Apis mellifera merupakan jenis lebah Eropa dan mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari A. cerana. Lebah ini diklasifikasikan pertama kali oleh Linnaeus pada tahun 1758. Lokasi penyebarannya mulai dari Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Indonesia dan Australia. Lebah ini banyak dikembangkan dalam budidaya perlebahan dibanyak negara termasuk Indonesia. Berdasarkan analisis morfometrik, Rusfidra(2006) lebah ini dikelompokkan atas dasar daerah penyebarannya, yaitu sub spesies Eropa, sub spesies Afrika dan sub spesies Timur Tengah.
Sub spesies Eropa terdiri dari A. m. ligustica, A. m. carnica, A. m. caucasia, A. m. remipes, A. m. mellifera, A. m. iberiensis, A. m. cecropia, A. m. cypria, dan A. m. sicula. Sub spesies Afrika terdiri dari A. m. scutellata, A. m. capensis, A. m. monticola, A. m. sahariensis, A. m. intermissa, A. m. adansonii, A. m. unicolor, A. m. lamarkii, A. m. litorea, A. m. nubica, dan A. m. yemenetica. Sub spesies Timur Tengah terdiri dari A. m. macedonia, A. m. ruttneri, A. m. meda, A. m. adami, A. m. armeniaca, A. m. anatolica, A. m. syriaca, A. m. yementica, A. m. pomenella. Karena itu budidaya lebah madu di Indonesia perlu dipacu untuk mendukung industry kosmetik maupun industry makanan kesehatan lainnya seperti royal jelly serta peningkatan nilai ekspor khususnya peningkatan pendapatan masyarakat di kawasan perdesaan.
Kandungan Madu
Berdasarkan data dari berbagai sumber seperi Yoshida (1998) dan Erwan (1999) mengungkapkan bahwa jenis lebah madu yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah A. cerana dan A. mellifera. Lebah A. cerana merupakan lebah lokal Indonesia yang dapat beradaptasi sangat baik dengan lingkungan setempat, lebih efisien dalam mengumpulkan nektar tanaman, resisten terhadap tungau Varroa dan Vespa spp. Menurut Suwanda (1986), lebah madu A. mellifera dimasukkan pertama kali ke Indonesia dari Australia pada tahun 1972 oleh Pusat Apiari Pramuka. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan budidaya lebah madu secara modern kepada petani ternak serta untuk memenuhi permintaan madu konsumen dalam negeri.
Apis florea sering disebut lebah kerdil (dwarf bee). Populasi A. florea berkembang baik pada ketinggian 500-1.500 m dpl. Lebah ini tersebar di Pesisir Teluk Persia, Pakistan, India, Srilangka, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Fhilipina (Ruttner, 1986). Aktivitas pengumpulan nektar oleh lebah pekerja sangat sedikit sehingga produksi madunya sangat rendah dengan produksi (0.5 kg) per koloni per tahun. Damus dan Otis (1997) mengemukakan bahwa spesies A. nigrocincta dan A. nuluensis merupakan jenis lebah yang belum lama ditemukan. Populasi A. nigrocincta ditemukan berkembang di Pulau Mindanao dan Sangihe, sedangkan jenis A. nuluensis merupakan lebah lokal yang ditemukan di Pulau Sulawesi dan Kalimantan.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari budidaya lebah madu, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung yang dihasilkan lebah berupa madu, lilin lebah (malam), royal jelli, sengat lebah (bee venom), pollen, propolis dan larva lebah. Manfaat tidak langsung adalah peranan lebah membantu penyerbukan tanaman.
Rusfidra (2006) mengemukakan madu dapat disebut “cendera mata dari alam yang menyehatkan”. Madu merupakan makanan sumber energi yang sangat baik karena mengandung gula-gula sederhana. Madu juga bermanfaat terhadap industri kosmetik dan shampo. Zat-zat makanan yang terdapat pada madu sangat kompleks dengan 181 macam senyawa. S
Umumnya madu mengandung 17,2% air; 304 kal/100 g energi; 0,35% protein; 0,0% lemak; 82,3% karbohidrat dan 0,2% mineral. Kandungan air dalam madu yang baik adalah berkisar 17-18%. Selain itu madu mengandung tiga jenis gula yaitu fruktosa (41%), glukosa (35%) dan sukrosa (19%), sisanya berupa dekstrin (1,5%), mineral (0,2%).
Selain kaya vitamin B1, B2, B6, asam pantotenat (B5), niasin dan vitamin C dalam kandungan madu terdapat 18 mineral esensial dan 19 mineral non-esensial. Unsur mineral esensial dalam madu berupa zat besi, fluor, iodium, kalium, kalsium, khlorin, khromium, kobalt, magnesium, mangan, selenium, silikon, sulfur, tembaga dan seng. Sedangkan mineral non-esensial adalah almunium, boron, titanium dan vanadium. Komposisi madu ditentukan oleh dua faktor yaitu nektar tanaman dan faktor eksternal seperti aspek lingkungan dan prosesing madu. Kualitas madu ditentukan antara lain oleh warna, rasa, kekentalan, aroma dan kadar air (17%-18%). Rasa, aroma dan warna madu sangat ditentukan oleh bunga sumber nektar yang dikumpulkan lebah pekerja. Koloni lebah yang dipelihara di sekitar perkebunan kelapa, maka madu yang dihasilkan disebut madu kelapa. Di pasaran sekarang ini kita mengenal madu karet, madu kapuk, madu lengkeng, madu kopi, madu kelapa dan lain sebagainya.
Sihombing (1997)mengungkapkan bahwa lilin lebah (malam) merupakan produk lebah yang dihasilkan oleh kelenjer lilin yang terdapat pada perut bagian bawah lebah madu. Lilin lebah bermanfaat sebagai bahan baku dalam industri batik, kosmetik dan industri farmasi. Selain itu lilin lebah juga dapat digunakan dalam pembuatan lilin, dalam industri perlebahan, pembuatan krim, losion (cairan pembersih), pomade, lipstik dan pelapis pil.
Royal jelli dihasilkan oleh kelenjer hypofarink lebah pekerja yang berumur tiga hari untuk konsumsi lebah ratu dan larva lebah. RJ kadang-kadang disebut brood food gland. RJ selalu dimakan secara langsung oleh lebah ratu dan larva lebah. Lebah ratu selalu makan RJ selama hidupnya (sampai umur 8 tahun). RJ disusun oleh air, protein, gula, lemak dan garam-garam mineral. Air menyusun 2/3 bagian royal jelli segar, protein 73%, asam amino 2,3% dan peptida 0,16% Jumlah asam amino esensial dalam RJ sekitar 29 asam amino, yang paling penting adalah asam aspartat dan asam glutamat. Asam amino bebasnya adalah prolin dan lysin. Enzim yang terdapat di dalam RJ adalah glukosa oksidase, posfat dan cholin enterase.
Gula yang utama dalam RJ adalah froktosa dan glukosa yang mencapai 90% dari gula total. Komponen gula yang lain adalah maltosa, trihalosa, melibiosa, ribosa dan erlosa.
Fraksi lemak menyusun hampir 80-90% berat kering adalah asam lemak bebas. RJ memiliki asam lemak rantai pendek (8-10 atom C) yaitu asam lemak hidroksi atau asam dikarboksilat. RJ mengandung banyak substansi penting yang bertanggung jawab terhadap vitalitas lebah ratu. Hal ini menunjukkann bahwa RJ memiliki pengaruh baik bagi vitalitas tubuh manusia, misalnya sistem reproduksi. Analisis RJ yang dilakukan para peneliti menunjukan bahwa di dalam RJ terdapat protein komplet, beberapa tipe gula alami, asam lemak tidak jenuh dan sejumlah enzim, kaya asam panthotenat, asam nukleat dan Vitamin B6. RJ merupakan sumber vitamin B komplek alami terbaik.
Fraksi lemak menyusun hampir 80-90% berat kering adalah asam lemak bebas. RJ memiliki asam lemak rantai pendek (8-10 atom C) yaitu asam lemak hidroksi atau asam dikarboksilat. RJ mengandung banyak substansi penting yang bertanggung jawab terhadap vitalitas lebah ratu. Hal ini menunjukkann bahwa RJ memiliki pengaruh baik bagi vitalitas tubuh manusia, misalnya sistem reproduksi. Analisis RJ yang dilakukan para peneliti menunjukan bahwa di dalam RJ terdapat protein komplet, beberapa tipe gula alami, asam lemak tidak jenuh dan sejumlah enzim, kaya asam panthotenat, asam nukleat dan Vitamin B6. RJ merupakan sumber vitamin B komplek alami terbaik.
Komposisi zat gizi yang dikandungnya secara umum terdiri dari: 66% air, 12,34% protein, 5,46% lipida, 12,5% senyawa tereduksi, 0,82% mineral dan 2,82% senyawa yang belum teridentifikasi (Gojmerac, 1983). RJ mengandung vitamin-vitamin, gula, sterol, sejumlah asam lemak spesifik dan anti biotik berupa asam 10-hidroksidekanoat . Hasil pengamatan Okuda et al. (1998) memperlihatkan bahwa RJ juga mengandung substansi seperti insulin (insulin-like) yang bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu, RJ juga berefek positif bagi penderita gangguan penyerapan, simptom iklim dan anak-anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan (Chen, 1998). RJ mengandung asam panthotenat enam kali lebih tinggi dari yang ditemukan dalam ragi dan hati. Asam panthotenat mampu meningkatkan lama hidup hewan laboratorium lebih dari 200% dan pada saat yang sama meningkatkan stamina dan endurance. RJ merupakan sumber vitamin B komplek yang baik, sehingga ia diperlukan untuk hidup sehat dan sistem saraf. Komposisi nutrisi yang lengkap, RJ memiliki manfaat meningkatkan daya tahan tubuh, performans intelektual karena meningkatnya kapasitas pembelajaran dan daya ingat, memperbaiki kondisi mental, percaya diri, dan meningkatkan respon imunitas dan fungsi tubuh.
Laporan penelitian Suhardjono (1986) mengungkapkan bahwa terdapat kenaikan produksi tanaman budidaya jika sejumlah koloni lebah diletakkan di sekitar lokasi tanaman. Pemeliharaan lebah madu di lokasi pertanaman apel dapat meningkatkan produksi sebesar 30-60%, jeruk meningkat 300-400%, anggur meningkat 60-100% dan jagung nyata meningkat 100-150%. Nektar merupakan hasil sekresi yang manis dari tanaman dan merupakan bahan utama penyusun madu. Nektar merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjer nectar tanaman dalam bentuk larutan gula. Nektar mengandung 15-50% larutan gula. Polen atau tepung sari merupakan sumber protein bagi lebah madu. Umumnya semua tanaman berbunga merupakan sumber pakan lebah, karena ia menghasilkan nektar, polen atau nektar dan polen. Berdasarkan indentifikasi Pusat Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2004), jenis tanaman penghasil nektar adalah tanaman akasia, sengon, ketapang, sono keling, asam jawa, mahoni, kaliandra, cendana, karet, kapas, mangga, mancang, langsat, belimbing, rambutan, jambu air, kacang gude, petai, cabai, nenas, ubi jalar, labu air, oyong, paria, labu siam, bawang merah, dan kumis kucing.
Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi berbagai spesies tanaman. Tidak kurang 25.000 tanaman berbunga tumbuh dan berbiak di Indonesia. Diversitas tanaman yang sangat besar itu memungkinkan tersedianya pakan lebah sepanjang tahun, karena banyaknya jenis tanaman yang berbunga. Rendahnya produksi madu domestik mengindikasikan bahwa usaha perlebahan masih memiliki prospek yang sangat menjanjikan. (dihimpun dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar