Selasa, 19 Oktober 2010

MISKIN LIPP

Dunia Bantuan dan Embrio Penjajahan Ekonomi
Oleh : Nelson Sihaloho

Abstrak:
Dumbarton Oaks merupakan awal dan cikal bakal lahirnya organisasi-organisasi di dunia diawali dengan PBB, FAO, WHO, UNESCO, ILO hingga lahirnya organisasi-organisasi bantuan seperti IMF.
Pada Kongres di Bretton Woods ditetapkan tujuan utama untuk memantapkan perekonomian dunia serta menghilangkan sebab-sebab ekonomi dari perang yang secara luas dihubungkan dengan krisis keuangan, resesi dan pengangguran yang menimbulkan keresahan umum serta gerakan-gerakan politik ekstremis diktator-dikatator fasis di Eropa pada era 1930-an.
Dalam perkembangannya krisis ekonomi dunia merebak menjadi krisis keuangan global, dan merupakan jenis baru istilah krisis ekonomi dan akan terus munculkan krisis-krisis baru di dunia.
Blok negara-negara barupun muncul sebagai kekuatan ekonomi, penyangga dan penyeimbang namun tidak akan menyelesaikan persoalan bahkan embrio penjajahan ekonomi baru terus berlanjut seiring dengan terjadinya krisis-krisis baru itu.
Kata kunci : Bantuan, Embrio dan Ekonomi

Pendahuluan

Dalam semua organisasi keluarga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) iyuran Negara anggota sebanding dengan sumber daya mereka, akan tetapi hak suaranya berbeda. Dalam organisasi-organisasi Dumbarton Oaks peraturan umumnya dari dulu hingga sekarang adalah satu negara anggota satu suara. Lain halnya di Dewan Keamanan apabila ada veto satu negara besar keputusan bias berubah.
Dalam perkembangannya di Bretton Woods, hak suara seimbang dengan besarnya iyuran sehingga pada awlanya Amerika Serikat dan Inggris secara bersama-sama menguasai setengah dari semua suara.
Perselisihan maut antara Perancis dan Jerman yang menyebabkan timbulnya tiga kali perang dalam jangka 70 tahun dan dua kali menyeret dunia ke dalam peperangan.
Terdorong oleh keberhasilan bantuan Marshall dan dihadapkan hubungannya dengan Uni Sovet (kini Rusia) yang merosot menjadi “perang dingin” pada awal tahun 1950-an Amerika Serikat berusaha memperluas gagasan-gagasan tentang bantuan.
Setelah tahun 1956 Uni Soviet mulai memasuki bidang bantuan asing dan mengerjakannya dalam bentuk proyek-proyek spektakuler seperti bendungan Aswan di Mesir dan pabrik baja di Bhilal India. Jawaban Amerika Serikat adalah dengan mengaitkan bantuan lebih erat dengan pembangunan ekonomi.
Alasan mengapa jawaban semula dari Amerika Serikat kepada tantangan Uni Soviet mengambil bentuk pemberian tekanan yang lebih besar kepada penggunaan bantuan bagi pembangunan, ialah bahwa dalam situasi yang kompetitif, dikaitkannya syarat-syarat politik secara ekspilisit memberikan alasan untuk menertawakan program bantuan Amerika Serikat itu dan kemungkinan besar akan menggiring penerimanya ke dalam pelukan orang-orang Rusia daripada mendapatkan sekutu baru untuk Amerika Serikat,  Jhon White dalam J.E. Goldthorpe, 1982.   
Pada bulan Desember 1960 dalam Sidang Umum PBB dalam Resolusi nomo 1522 menetapkan tahun 1960-an sebagai Dasawarsa Pembangunan dan meminta negara-negara industri untuk menyumbang satu persen dari pendapatan nasional mereka sebagai bantuan untuk negara-negara berkembang.
Sebuah panitia ahli selanjutnya menentukan bahwa istilan pendapatan nasional tersebut jangan diberi arti ekonomis tekhnis yang sempit, akan tetapi seharusnya diberi Produk Nasional Bruto-intrepetasi yang lebih menguntungkan negara-negara berkembang. Negara-negara lain termasuk Swiss dan Swedia yang netral memasuki bidang bantuan.
Sementara itu, berbagai organisasi PBB, IMF dan Bank Dunia ditempatkan di deretan bangunan yang bersebelahan di Washington meskipun dengan staf dan tujuan sendiri-sendiri. IMF tetap melaksanakan system  Bretton Woods untuk menjaga stabilitas keuangan sedangkan Bank Dunia menjadi organisasi utama untuk bantuan multilateral kepada negara-negara berkembang.
Sistem Bretton Woods berjalan selama 25 tahun, terutama karena defisit neraca  pembayaran Amerika Serikat menyebabkan cukup banyak dollar tersedia sebagai mata uang dunia. Sistem itu runtuh pada awal tahun 1970-an antara lain karena bagian-bagian dunia lainnya mulai kehilangan kepercayaan kepada kemampuan AS untuk mempertahankan nilai dollar.
Bank Dunia dalam banyak hal bekerja seperti bank, meminjam uang dipasaran terbuka di negara-negara industri untuk mengubah dananya yang berasal dari negara-negara anggota. Bank Dunia tidak membayar bunga dan akhirnya memperkuat kreditnya.
Baik IMF dan Bank Dunia tidak pernah mendapat sambutan baik dari seluruh penjuru dunia. Bukan hanya karena alasan-alasan sebagaimana dikemukakan diatas bahkan para radikal dapat dengan mudah mengecam mereka sebagai “kapitalis”. Banyak pemimpin politik dunia termasuk negara donor besar menganggap memalukan, kalau bukannya malahan hina untuk membiarkan seluruh kebijakan ekonominya dikritik oleh pejabat-pejabat IMF apabila suatu negara mengajukan pinjaman.

Perkembangan Era 1968-1969

Tahun 1968 Robert McNamara menjadi Presiden Bank Dunia dengan membentuk sebuah komisi dibawah mantan negarawan Lester B. Person untuk mempelajari akibat dari dua puluh lima tahun bantuan pembangunan, menilai hasilnya dan menjelaskan kekeliruan-kekeliruannya serta mengusulkan kebijakan yang lebih berhasil lebih baik dikemudian hari.
Laporan Komisi yang disampaikan pada tahun 1969 itu menjelaskan masalah bantuan menurut paham yang berlaku pada waktu itu, disertai argument-argumen yang ditujukan kepada bentuk usaha donornya yaitu AS.
Leser B. Person waktu itu mengatakan” siapa sekarang dapat bertanya di mana negaranya nanti beberapa dasawarsa lagi, tanpa bertanya dimana dunia pada waktu itu?. Kalau kita menginginkan dunia aman dan makmur, kita harus ikut menunjukkan perhatian terhadap masalah bersama semua orang itu… Ini berarti penolakan untuk mentoleransi kesenjangan yang ekstrem dan memalukan dalam tingkat kehidupan yang sekarang terdapat diantara bangsa-bangsa”.
Para anggota komisi Pearson  pada waktu itu berusaha untuk menghilangkan kesan, bahwa negara-negara miskin tidak cukup berbuat untuk menolong dirinya sendiri. Meminjam istilah J. E. Goldthorpe “meskipun ada kesan umum bahwa negara-negara miskin itu terlalu miskin untuk menyisihkan sesuatu, ternyata mereka lebih memobilisasikan sebagian besar dari capital investasi mereka. Dalam tahun 1960-an, 85 persen dari sleuruh investasi berasal dari tabungan dalam negeri,”.
Itulah sebabnya pada tahun 1968-1969 penggunaan sumber daya bantuan yang lebih efektif dapat dicapai apabila pemerintah donor berhenti mengaitkan bantuan mereka kepada produk mereka sendiri dan memperbolehkan negara-negara penerima bantuan untuk mencari harga-harga yang lebih murah. Karena alasan itu juga  Komisi Perason menganjurkan agar diadakan lebih banyak bantuan jenis dan jenisnya khususnya melalui IDA. Pada waktu itu mendukung sasaran satu persen dari Sidang Umum, dan mereka selanjutnya menganjurkan bahwa 0,7 persen dari satu persen itu diberikan sebagai bantuan pembangunan yang resmi (ODA) sesuai dengan defenisi DAC sebagaimana disebutkan diatas.

Pelaksanaan Bantuan
Sebagaimana dikemukakan oleh Perason, adalah ironis bahwa sumber daya total yang mengalir dari negara donor nyatanya melebihi satu persen dari semua pendapatan nasional bersama-sama sebelum DAC menentukan sasarannya pada tahun 1964.
Dana bantuan pembangunan resmi tahun 1980 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No
Kleompok Donor
Nilai dalam jutaan dollar AS
Persentase PNB
1.
DAC
26,8
0,37
2.
OPEC
7,0
1,35
3.
CMEA
1,8
0,12

Sumber : OECD, Develoment Co-Operation, 1981.

Pada akhir tahun 1970-an Jerman Barat dan Jepang adalah negara donor terbesar, sedang ODA Perancis hanya kalah dengan Amerika Serikat pada tahun 1980 dan mendekati target Perason dengan 0,64 persen PNB-nya
Sumbangan Inggris sedikit diatas rata-rata DAC pada tahun 1970-an dan mencapai 0,51 persen pada tahun 1979 sebelum turun menjadi 0,35 persen pada tahun 1980. Pada saat itu negara-negara OECD yang mencapai dan melebihi target Pearson hanya negara Denmark (0,73), Swedia (0,739),  Norwegia (0,85) dan Nederland (1,03).
Menurut Data Bank Dunia (1980) dari seluruh dana bantuan  bilateral negara-negara DAC, Mesir menerima 12 persen, Israel 14 persen, kebanyakan dari negara Amerika Serikat sedangkan 14 persen ditujukan kepada jajahan-jajahan Perancis dan umumnya dalam bantua teknik. Intinya pada tahun 1980-an jumlah bantuan tidak lebih dari 0,09 persen dari PNB gabungan negara-negara OECD atau persisnya setengah dari jumlah dua puluh tahun sebelumnya.
Bantuan resmi dalam ukuran milyaran dollar membuat 15,7 juta pound OXFAM untuk tahun 1980-1981 kelihatan kecil menurut perbandingan bahkan bantuan badan-badan sukarela membutuhkan waktu dan tenaga. Kegiatan bantuan dibidang pendidikan dan publisitas membuat masalah kesenjangan dan pembangunan itu selalu menonjol ke depan, sedang dilapangan wakil-wakil mereka, yang bebas dari protocol resmi dapat menyampaikan bantuan langsung dimana bantuan itu paling diperlukan.
Namun berbeda dengan P.T. Bauer “bantuan adalah proses dimana orang-orang miskin di negara kaya membantu orang kaya di negara miskin dan bantuan tidak mutlak perlu untuk pembangunan”. Studi Teresa Hayter tentang Amerika Latin yang menyatakan bahwa bantuan itu “sebagai sesuatu bangunan tipu daya yang kompeks dan bahwa bantuan itu sendiri hanya dapat dijelaskan sebagai usaha untuk mempertahankan system kapitalis,”. Studi Jhon White menyimpulkan tentang bantuan dengan menganalisis syarat-syaratnya yang dapat merugikan penerimanya dan kesimpulannya yang paling controversial yaitu “setiap bantuan itu lebih baik daripada tidak ada bantuan dan tidak ada alasan yang membenarkan penerima yang tidak membuat perhitungan,”.
Analisis Kreith Griffin menunjukkan bahwa negara-negara Amerika Latin yang lebih banyak menerima bantuan tingkat tabungannya lebih rendah daripada yang menerima bantuan lebih sedikit.
Pandangan bantuan sebagai pelengkap menambah besarnya kemungkinan bahwa pihak donor akan mengalami kekuatan politik dalam negeri di negara penerima. Itu akan dipandang sebagai campur tangan dan menyebabkan bantuan tidak disenangi.
Menurut Ceryl Payer, penerimaan kredit IMF dan pinjaman dari Bank Dunia menyebabkan Yugoslavia mengadakan kebijakan yang membiarkan terjadinya kesenjangan antardaerah dan antarkelompok satu mata pencaharian, yang sebenarnya oleh pemerintah hendak dicegah, andaikat dapat berbuat demikian.
Itulah sebabnya mantan ahli Ekonomi Pembangun Gunnar Myrdal dan Dudley Seers menyatakan sangat kecewa, tidak hanya dengan laporannya, akan tetapi seluruh gagasan tentang bantuan pembangunan resmi, meskipun tidak ada orang lain didunia Barat yang berbuat lebih banyak untuk menganjurkan gagasan itu dan terutama dengan rezim-rezim politik dibanyak negara Duni Ketiga.
Perdebatan soal dana bantuan dapat dipilah  melalui type bantuan seperti bantuan bencana alam, gempa, banjir, kelaparan oleh badan internasional yang bertugas untuk itu. Dan motivasi moralnya yang paling jelas adalah pada badan-badan sukarela seperto OXFAM dan perkumpulan-perkumpulan misi…Pada suatu waktu kita akan melihatnya sebagai orang-orang non professional yang berbuat baik. Mereka memiliki kelebihan-kelebihan tertentu tidak begitu peka terhadap tekanan diplomasi. Hingga tahun 2009 krisis keuangan global masih terasa, gejolak masih akan terus terjadi silih berganti mengakibatkan bantuan tetap menjadi sesuatu yang diperlukan termasuk proyek-proyek pemerintah banyak sumber pembiayaannya dari Bank Dunia malah diselewengkan menjadi embrio menanggum rezeki bagi oknum-oknum pejabat. (***) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar